Monday, March 30, 2015

KAJIAN FEMINISME


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta, yang berarti “teks yang mengandung intruksi” atau “pedoman”, dari kata sas yang berarti “intruksi” atau “ajaran”, dan kata tra yang berarti alat atau sarana. Kata sastra dikombinasikan dengan kata su yang berarti baik, Jadi secara leksikal susastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik (Teeuw dalam Ratna, 2005 : 4).
Filsuf Horatius mengungkapkan bahwa sebuah karya sastra haruslah dulce, utile, prodesse et delectare (indah, berguna, manfaat, dan nikmat). Oleh karena itu sastra dikaitkan dengan estetika atau keindahan. Selain pada isinya, lokus keindahan sastra terletak pada bahasa. Dalam sebuah karya sastra, bahasa yang dipakai terasa berbeda dengan bahasa sehari-hari. Untuk memahami karya sastra diperlukan pemahaman tentang ilmu sastra. Ilmu sastra menjelaskan tentang sastra sebagai salah satu disiplin ilmu humaniora yang akan mengantarkan kearah pemahaman dan penikmatan fenomena yang terkandung didalamnya.
Sastra dapat dibahas berdasarkan dua hal, yaitu isi dan bentuk. Dari segi isi, sastra membahas tentang hal yang terkandung didalamnya, sedangkan bentuk sastra membahas cara penyampaiannya. Ditinjau dari segi isinya, sastra merupakan karangan fiksi dan non fiksi. Apabila dikaji dari cara penyampaiannya, sastra dapat dianalisis melalui genre sastra itu sendiri, yaitu puisi, novel dan drama. Karya sastra juga dapat digunakan seorang pengarang untuk menyampaikan pikirannya tentang sesuatu yang ada dalam realitas yang dihadapinya. Realitas ini merupakan salah satu faktor penyebab pengarang menciptakan suatu karya sastra, disamping unsur imajinasi.
Karya sastra terkadang dibuat berdasarkan realita kehidupan yang ada dalam kehidupan sehari-hari seperti masalah sosial, kebudayaan dan bahkan masalah gender. Banyak sastrawan yang mengambil tema perempuan dalam karya sastra mereka dan karya sastra tersebut disebut karya sastra feminis. Karya sastra yang bersifat feminis ini terkadang tidak dapat menempakan posisi perempuan, sehingga melewatkan pemikiran tentang perempuan dalam kehidupan sosial. Hal inilah yang menimbulkan adanya kritik sastra feminisme serta penelitian yang mengaplikasikan teori kritik sastra feminisme. Kritik sastra feminisme muncul untuk mengkaji, menelaah, mengulas, memberi pertimbangan, serta memberikan penilaian tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan karya sastra.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Apakah pengertian kajian feminisme?
2.      Apa sajakah ragam kritik sastra feminisme?
3.      Bagaimanakah penerapan kritik sastra feminisme?
C. Tujuan Penulisan                                 
Dengan memperhatikan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan masalah adalah :
1.      Untuk mendeskripsikan pengertian kajian feminisme.
2.      Untuk mendeskripsikan ragam kritik sastra feminisme.
3.      Untuk mendeskripsikan penerapan kritik sastra feminism.


BAB II
PEMBAHASAN MAKALAH


A.    Pengertian Kajian Feminisme
Teori sastra feminis, yaitu teori yang berhubungan dengan gerakan perempuan, adalah salah satu aliran yang banyak memberikan sumbangan dalam perkembangan studi kultural. Sastra feminis berakar dari pemahaman mengenai inferioritas perempuan. Konsep kunci feminis adalah kesetaraan antara martabat perempuan dan laki-laki. Feminisme selain merupakan gerakan kebudayaan, politik, sosial, dan ekonomi, juga merupakan salah satu teori sastra, yaitu sastra feminis. Teori sastra feminis melihat bagaimana nilai-nilai budaya yang dianut suatu masyarakat, suatu kebudayaan, yang menempatkan perempuan pada kedudukan tertentu serta melihat bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi hubungan antara perempuan dan laki-laki dalam tingkatan psikologis dan budaya. Dalam hubungannya dengan studi kultural, studi ini merupakan gerakan keilmuan dan praksis kebudayaan yang mencoba cerdas dan kritis dalam menangkap teori kebudayaan. Studi ini bertujuan menimbulkan kesadaran yang akan membebaskan manusia dari masyarakat irasional.
Arti sederhana kajian sastra feminis adalah pengkaji memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan kita. Jenis kelamin inilah yang membuat perbedaan di antara semuanya yang juga membuat perbedaan pada diri pengarang, pembaca, perwatakan, dan pada faktor luar yang mempengaruhi situasi karang-mengarang (Sugihastuti, 2005: 5). 
Secara garis besar dijelaskannya bahwa Culler (Sugihastuti, 2005: 5).  menyebutnya sebagai reading as a woman, membaca sebagai perempuan. Yang dimaksud "membaca sebagai perempuan" adalah kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna dan perebutan makna karya sastra. Kesadaran pembaca dalam kerangka kajian sastra feminis merupakan kajian dengan berbagai metode. Kajian ini meletakkan dasar bahwa ada gender dalam kategori analisis sastra, suatu kategori yang fundamental.

”Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan keduduk­an dan derajat perempuan agar sama atau sejajar de­ngan kedudukan serta derajat laki-laki. Perjuangan ser­ta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini menca­kup berbagai cara. Salah satu caranya adalah memper­oleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki” (Djajanegara, 2000:4).
 

B.     Ragam Kritik Sastra Feminisme
Dalam dunia sastra, feminisme dapat digunakan sebagai pendekatan dalam kritik sastra. Seperti yang diungkapkan oleh Kolodny dalam Djajanegara (2000:19) menyatakan bahwa kritik sastra feminis membeberkan perempuan menurut stereotip seksul, baik dalam kesusastraan maupun dalam kritik sastra, dan juga menunjukkan bahwa aliran-aliran serta cara-cara yang tidak memadai telah (digunakan untuk) mengkaji tulisan perempuan secara tidak adil, tidak peka.
Kritik sastra feminis, adalah studi sastra yang mengarahkan fokus analisanya pada perempuan. Dasar pemikiran feminis dalam penelitian sastra, adalah upaya pemahaman kedudukan peran perempuan seperti yang tercermin dalam karya sastra (Soeharto, 2002 : 15). Kritik sastra feminis merupakan salah satu ilmu disiplin sebagai respon atas berkembang luasnya feminisme diberbagai penjuru dunia. Secara garis besar Culler menyebutkan kritik sastra feminis sebagai reading as a woman, membaca sebagai perempuan. Yoder juga menyebutkan bahwa kritik sastra feminis itu bukan pengkritik perempuan atau kritik tentang perempuan, atau kritik tentang pengarang perempuan. Arti sederhana kritik sastra feminis adalah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra dan kehidupan. Dalam buku “Pengertian Kritik Sastra Feminis” Soeharto mengutip pernyataan Yoder, (2002 : 5) “Membaca sebagai perempuan berarti membaca dengan kesadaran untuk membongkar praduga dan idiologi kekuasaan laki-laki yang androsentrisme atau patriarkhat.”
Sugihastuti (2002: 140) mengungkapkan bahwa kritik sastra feminis adalah sebuah kritik sastra yang memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan manusia.
Dengan mengacu pada pendapat Sugihastuti di atas, Kolodny dalam Djajanegara (2000: 20-30) menjelaskan beberapa tujuan dari kritik sastra feminis yaitu:
a.       Dengan kritik sastra feminis seseorang mampu menafsirkan kembali serta menilai kembali seluruh karya sastra yang dihasilkan di abad silam; 
b.      Membantu untuk memahami, menafsirkan, serta menilai cerita-cerita rekaan penulis perempuan.
Berkaitan dengan cara penilaian, Djajanegara (2000: 28-36) membagi ragam kritik sastra feminis menjadi enam bagian, yaitu:
a.       KSF Ideologis, kritik sastra yang memusatkan perhatian pada citra serta stereotip perempuan dalam karya sastra, meneliti kesalahpahaman tentang perempuan dan sebab-sebab perempuan sering tidak diperhitungkan, bahkan nyaris diabaikan dalam kritik sastra.
b.      KSF Ginokritik, mengkaji tulisan-tulisan wanita (Penulis wanita).  Ginokritik mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar, seperti apakah penulis-penulis wanita merupakan kelompok khusus, dan apa perbedaan antara tulisan wanita dan laki-laki.
c.       KSF Sosialis (Marxis), meneliti tokoh-tokoh wanita dari sudut pandang sosialis yaitu kelas-kelas masyarakat. Pengkritik feminis mencoba mengungkapkan bahwa wanita merupakan kelas masyarakat yang tertindas.
d.      KSF Psikoanalitik, diterapkan pada tulisan-tulisan wanita karena para feminis percaya bahwa pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya atau menempatkan dirinya pada tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita tersebut pada umumnya merupakan cerminan atas penciptanya.
e.       KSF Lesbian, meneliti penulis dan tokoh perempuan saja. Kajian ini masih terbatas karena beberapa faktor. Pertama, para feminis pada umumnya tidak menyukai kelompok perempuan homoseksual dan memandang mereka sebagai feminis radikal. Kedua, waktu tulisan-tulisan tentang perempuan bermunculan pada tahun 1979-an. Jurnal-jurnal perempuan tidak ada yang menulis tentang lesbianisme. Ketiga, kaum lesbian sendiri belum mampu mencapai kesepakatan tentang definisi lesbianisme. Keempat, disebabkan sikap antipati para feminis dan masyarakat, penulis lesbian terpaksa dalam bahasa yang terselubung serta menggunakan lambang-lambang, disamping menyensor sendiri.
f.       KSF Etnik, mempermasalahkan diskriminasi seksual dan diskriminasi rasial dari kaum kulit putih maupun hitam, baik laki-laki maupun perempuan.

C.    Penerapan Kritik Sastra Feminisme
Menurut Djajanegara bahwa, pada umumnya karya sastra yang menampilkan  tokoh perempuan bisa dikaji dari segi feministik. Baik secara rekaan, lakon, maupun sajak sangatlah mungkin untuk diteliti dengan pendekatan feministik, asal saja ada tokoh perempuan. Jika tokoh perempuan itu dikaitkan dengan tokoh laki-laki tidaklah menjadi soal, apakah mereka berperan sebagai tokoh utama atau tokoh protagonis atau tokoh bawahan. Adapun cara penerapan kritik sastra feminis dalam meneliti sebuah karya sastra menurut Soenardjati Djajanegara adalah sebagai berikut :
1.    Mengidentifikasi satu atau beberapa tokoh perempuan yang terdapat pada sebuah karya sastra.
2.    Mencari status atau kedudukan tokoh perempuan tersebut didalam masyarakat.
3.    Mencari tahu tujuan hidup dari tokoh perempuan tersebut didalam masyarakat.
4.    Memperhatikan apa yang dipikirkan, dilakukan, dan dikatakan oleh tokoh-tokoh perempuan tersebut, sehingga seseorang dapat mengetahui perilaku dan watak mereka berdasarkan gambaran yang langsung diberikan oleh pengarangnya.
5.    Meneliti tokoh laki-laki yang memiliki keterkaitan dengan tokoh perempuan yang sedang diamati. Seseorang tidak akan memperoleh gambaran secara lengkap mengenai tokoh perempuan tersebut tanpa memunculkan tokoh laki-laki yang ada disekitarnya.


BAB III
PENUTUP
SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka penulis menarik simpulan sebagai berikut:
1.      Teori sastra feminis, yaitu teori yang berhubungan dengan gerakan perempuan, adalah salah satu aliran yang banyak memberikan sumbangan dalam perkembangan studi kultural. Sastra feminis berakar dari pemahaman mengenai inferioritas perempuan. Arti sederhana kajian sastra feminis adalah pengkaji memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan kita. Jenis kelamin inilah yang membuat perbedaan di antara semuanya yang juga membuat perbedaan pada diri pengarang, pembaca, perwatakan, dan pada faktor luar yang mempengaruhi situasi karang-mengarang (Sugihastuti, 2005: 5).
2.   Kritik sastra feminis, adalah studi sastra yang mengarahkan fokus analisanya pada perempuan. Dasar pemikiran feminis dalam penelitian sastra, adalah upaya pemahaman kedudukan peran perempuan seperti yang tercermin dalam karya sastra (Suharto, 2002 : 15). Berkaitan dengan cara penilaian, Djajanegara (2000: 28-36) membagi ragam kritik sastra feminis menjadi enam bagian, yaitu: (1) KSF Ideologis, (2) KSF Ginokritik, (3) KSF Sosialis (Marxis), (4) KSF Psikoanalitik, (5) KSF Lesbian, (6) KSF Etnik.
 3. Cara penerapan kritik sastra feminis dalam meneliti sebuah karya sastra menurut Soenardjati Djajanegara adalah sebagai berikut : (1) Mengidentifikasi satu atau beberapa tokoh perempuan yang terdapat pada sebuah karya sastra, (2) Mencari status atau kedudukan tokoh perempuan tersebut didalam masyarakat, (3) Mencari tahu tujuan hidup dari tokoh perempuan tersebut didalam masyarakat, (4) Memperhatikan apa yang dipikirkan, dilakukan, dan dikatakan oleh tokoh-tokoh perempuan tersebut,






DAFTAR PUSTAKA

Djajanegara, Soenarjati.2000. Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosyi. 2011. Kajian Feminisme. http://www.scribd.com/doc/56635144/Kajian-Feminisme diunduh pada tanggal 20 Mei 2012.
Sugihastuti. 2005. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.










 
 

ANALISIS KAJIAN SEMIOTIK


A. LATAR BELAKANG
Karya sastra adalah seni yang banyak memanfaatkan simbol untuk mengungkapkan dunia bawah sadar agar keliatan lebih nyata dan jelas, pengarang menggunakan kiasan-kiasan dan perlambang dalam ceritanya. Setiap peristiwa atau kejadian bahkan juga nama tokoh tidak disampaikan secara naturalistik dan realistik sebagaimana adanya, tetapi disampaikan secara figuratif dan perlambang.
Karya sastra juga merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Untuk menganalisis struktur sistem tanda ini perlu adanya kritik struktural untuk memahami makna tanda-tanda  yang terjalin dalam sistem (struktur) tersebut. Ilmu pengetahuan tentang tanda ini disebut semiotik. Oleh karena itu, analisis semiotik itu tidak dapat dipisahkan oleh analisis struktural.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap karya sastra berupa novel, karena novel memiliki tanda-tanda simbolok yang menyiratkan makna. Novel ang akan penulis analisis adalah “GALAU REMAJA DI SMA” karya Mira W.

B. SINOPSIS NOVEL GALAU REMAJA DI SMA


Judul : GALAU REMAJA DI SMA
Pengarang : Mira W
Penerbit : Gramedia
Tahun : 1999
Tebal : 263 hlm

"Aih, Tiek, kelewatan deh kamu! Dia kan pantas jadi bokap kita!" "Ah, kuno! Cinta sih nggak kenal umur!". "Cinta? Nggak salah denger nih, Tiek? Masa kamu cinta sama oom-oom yang sudah karatan gitu?! "Huu, karatan juga masih tokcer! Mesinnya masih standar, bodinya juga masih mulus!". "Mending dia mau sama si Atiek!" potong Tia separuh mengejek. "Tampang dobel bravo gitu!". "Dia malah menjanjikan peran utama di filmnya yang terbaru, tahu nggak?!". "Sudah janji sih masih perlu dites! Sama aja bohong!". "Eh, mau taruhan?". Atiek yang bebas, badung, dan manja, memang selalu bermusuhan dengan Tia yang cantik, cerdas, tapi judes. Dalam ajang persaingan yang panas memperebutkan juara kelas dan kesempatan main film, kehidupan remaja mereka tambah bergalau dengan munculnya empat orang pria. Aris yang kuper. Anto si slonong boy. Toni sang spesialis ganda. Dan Hartono, senja yang memimpikan fajar. Sampai suatu saat mereka menemukan sebuah titik pertemuan. Titik perdamaian yang dibawa oleh Ibu Tia, salah satu di antara segelintir orang tua yang mendidik anaknya bukan dengan segebung nasihat dan larangan, tapi dengan teladan dan penuh pengertian.

C . KAJIAN  ILMU SEMIOTIK
            semiotika merupakan  istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau sign dalam bahasa Inggris itu adalah ‘ilmu yang mempelajari sistem tanda ‘ seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh komunikasi (littlejhon:1996). Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini.
Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut; “Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory [semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki] ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia”.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)  memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
Semiotika yang merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yaitu :
  • tanda,
  • acuan tanda, dan
  • pengguna tanda.
Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita. Tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda.
Kajian semiotik merupakan kajian terhadap tanda-tanda secara sistematis yang terdapat dalam karya sastra termasuk novel. Ada dua hal yang berhubungan dengan tanda, yakni yang menandai/ penanda yang ditandai/penanda. Hubungan antara tanda dengan acuan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Ikon
Ada kemiripan antara acuan dengan tanda. Tanda merupakan gambar/arti langsung dari petanda. Misalnya, foto merupakan gambaran langsung yang difoto. Ikon masih dapat dibedakan atas dua macam, yakni ikon tipologis, kemiripan yang tampak disini adalah kemiripan rasional. Jadi, didalam tanda tampak juga hubungan antara unsur-unsur yang diacu, contohnya susunan kata dalam kalimat, dan ikon metaforis, ikon jenis ini tidak ada kemiripan antara tanda dengan acuannya, yang mirip bukanlah tanda dengan acuan melainkan antar dua acuan dengan tanda yang sama. Kata kancil misalnya, mempunyai acuan ‘binatang kancil’ dan sekaligus ‘kecerdikan’.
2. Indeks
Istilah indeks berati bahwa antara tanda dan acuannya ada kedekatan ekstensial. Penanda merupakan akibat dari petanda (hubungan sebab akibat). Misalnya, mendung merupakan tanda bahwa hari akan hujan, asap menandakan adanya api. Dalam karya sastra, gambaran suasana muram biasanya merupakan indeks bahwa tokoh sedang bersusah hati.
3. Simbol
Simbol yang ada tentunya sudah mendapat persetujuan antara pemakai tanda dengan acuannya. Misalnya, bahasa merupakan simbol yang paling lengkap, terbentuk secara konvensional, hubungan kata dengan artinya dan sebagainya. Ada tiga macam simbol yang dikenal, yakni (1) simbol pribadi, misalnya seseorang menangis bila mendengar sebuah lagu gembira karena lagu itu telah menjadi lambang pribadi ketika orang yang dicintainya meninggal dunia, (2) simbol pemufakatan, misalnya burung Garuda/Pancasila, bintang= keutuhan, padi dan kapas= keadilan sosial, dan (3) simbol universal, misalnya bunga adalah lambang cinta, laut adalah lambang kehidupan yang dinamis.
D. ANALISIS KAJIAN SEMIOTIK PADA NOVEL GALAU REMAJA DI SMA KARYA  MIRA W.
Beberapa kutipan dari novel yang dianalisis berdasarkan semiotik atau lambang sebagai berikut:
(1) Membuat jantung Henny hampir copot.
Ini melambangkan betapa kaget bercampur takut yang dirasakan Henny, karena waktu itu Henny sedang diperjalanan naik bus bersama teman-temannya ketika akan pergi ke Bali, waktu itu supir tiba-tiba saja menyetir bus nya dengan cepat.
(2) Dia sudah menemukan gelombang baru!
Berdasarkan semiotiknya gelombang baru memiliki makna yaitu sasaran baru atau laki-laki yang akan dijadikan pacar oleh atiek. sebab Atiek memang mempunyai banyak pacar, dan sekarag dia menemukan Aris untuk dijadikan pacar barunya.
(3) Udah gue tembak
Anak muda jaman sekarang suka menggunakan istilah-istilah yang kadang membingungkan, kata “tembak” disini berdasarkan semiotiknya menandakan bahwa seseorang menyatakan atau mengungkapkan cinta, pada novel diceritakan bahwa Atiek telah menembak atau mengungkapkan cinta kepada Aris.
(4) Membuat dada Aris bergemuruh seperti dilanda gempa delapan skala richter.
Dada aris bergemuruh, maksudnya bahwa Aris merasa senang sekaligus deg-degan berhadapan dengan Tia, gadis yang dicintainya.
(5) Maghrib begini, bulu kuduk langsung meremang begitu melewati sebuah pohon beringin besar.
Berdasarkan, semiotiknya menandakan bahwa mereka, anak-anak remaja SMA atau tokoh dalam cerita novel tersebut merasa merinding dan takut ketika sedang mengikuti upacara ngaben di Bali dan dijelaskan oleh gurunya.
(6) Jantungnya menggelepar-gelepar pacik.
Menandakan betapa grogi bercampur kagetnya Aris ketika tiba-tiba Atiek nekat memeluk tubuhnya.
(7) Barang bekas kaya gitu sih nggak susah nyarinya!
Maksudnya bahwa Aris dianggap oleh  Tia bahwa Aris adalah laki-laki yang sepele, mudah dicari dan tidak ada istimewanya. Meskipun setelah itu Tia menjadi suka pada Aris.
(8) Jantung Aris hampir berhenti berdenyut.
Menandaka bahwa Aris sedang merasakan kebahagiaan yang bercampur kaget karena Tia tiba-tiba saja menciumnya, bahkan didepan teman-temanya.
(9) Dia merasa hatinya seperti mencair dalam  kebahagiaan.
Makna berdasarkan semiotiknya yaitu Aris merasa bahagia karena ia sedang jatuh cinta dan sangat bahagia karena dicium oleh gadis yang dicintainya.
(10) Meskipun parasnya memerah dan matanya bersorot jengah.
Berdasarkan semiotiknya mempunyai tanda bahwa Tia merasa malu ketika bercerita kepada pak Hartono tentang Aris,Tia juga menyukai Aris makanya parasnya jadi memerah.
E. SIMPULAN
Setelah melakukan analisis, dapat disimpulakan bahwa semiotik merupakan  ilmu atau metode analisis untuk mengkaji sebuah tanda yang memiliki makna. Tanda-tanda tersebut dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan yang dapat dilengkapi kehidupan ini, walaupun dikatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna. Ilmu semiotik dalam karya sastra berupa novel biasanya menggunakan simbol.
Semiotik menjadi satu istilah untuk kajian sastra yang berisi lambang-lambang atau kode-kode yang mempunyai arti atau makna tertentu. Arti atau makna itu berkaitan dengan sistem yang dianut. Semiotik adalah ilmu atau matode analisis untuk mengkaji sebuah tanda agar dapat bermakna. Tanda-tanda tersebut dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan yang dapat melengkapi kehidupan ini.
Kajian semiotik dapat digunakan untuk menemukan makna yang terkandung dalam teks karya sastra dengan memanfaatkan tanda-tanda yang diberikan oleh pengarang. Karya sastra berupa novel sarat akan tanda yang dimaksud oleh pengarang.

JOGO TONGGO (GOTONG ROYONG SAK LAWASE)

Pada kesempatan kali ini kita akan sedikit membahas program Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam menangani Covid-19, yaitu p...