Wednesday, February 24, 2016

Yang Dingin Yang Dingin, Yang Dingin Kebocoran



Ada yang menggelitik pagi ini, dengan penampilan baru dan suasana baru. Dingin memang dingin di banding dengan hari biasanya. Suasana komplek 278 pun lebih terasa dinikmati, warga yang bergerumun baik pria ataupun wanitanya. Tak jarang juga nampak anak-anak kecil dengan sepeda balapnya. 

Namun muncul teriakan dari salah satu rumah yang letaknya agak di sebelah pojok.

“Buocuorrrrrrrr.....”

Sontak saja, para warga bergegas untuk berkerumun untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pagi ini?

“Ada apa bu? Kok kencang banget teriakannya sampai warga pada kaget!”

Sang ibu malah tambah bingung  dengan kedatangan warga pagi ini dan ia menjelaskan bahwa, disudut ruangannya telah terjadi kebocoran dan beberapa barang miliknya telah basah terkena air.

“O... cuman gara-gara kebocororan...”, sahut ibu lainnya.

Beberapa spekulasipun bermunculan di kalangan warga kala itu, ada yang menyebutkan bahwa itu adalah dampak karena pemilik ingin ruangannya dingin dan dikabulkan oleh Tuhan melalui kebocoran. Bahkan adapula yang menyatakan memang bangunan sudah lama dan perlu perbaikan.

Kejadian pagi seakan menjadi trending topik di kalangan masyarakat. Saking ramainya pembicaraan itu ada warga yang kurang nyaman dan menganggap tak seharusnya ini di perbincangkan.

“Hanya ibu-ibu kompleks sini yang selalu memperbincangkan hal-hal yang tidak penting. Memangnya tidak ada pembahasan lain selain membahas masalah kebocoran?! Rewes banget c...,” sahutnya dengan raut agak dingin. 

Memang tak seharusnya para warga kompleks tak berbuat demikian terutama ibu-ibu. Sebab ini akan menjadikan salah satu pamor dan predikat ibu-ibu kompleks di sematkan pada orang yang berbuat sama. Padahal itu hanya terjadi di kompleks 278.


Kompleks 278, 25 februari 2016

Monday, February 22, 2016

Atur Managemen dan Komunikasi Sebagai Pondasi Berorganisasi



“IPNU-IPPNU harus memiliki managemen organisasi yang baik, agar bisa mendongkrak kinerja kedepan dan yang pasti jangan tanggalkan komunikasi antar anggota dan sesepuh,” ungkap Slamet


Pekalongan- Rintik air hujan seakan mengisyaratkan bahwa pentingnya akan sebuah tanggung jawab dan pentingnya sebuah ketabahan. Inilah yang coba di tunjukka Rekan dan Rekanita IPNU-IPPNU PAC Wonokerto (Senin, 22/2). Mencoba membuka tabir antara generasi kegenerasi, PAC IPNU-IPPNU Wonokerto bersambang keranting Semut dan sedikit berdialog dengan para senior yang ada disana.

Mengharap di kepengurusan yang baru akan lebih tertata baik secara struktural dan kader juga lebih mudah untuk di optimalkan dalam menyongsong generasi Nadiyin yang mampu bersaing di bidang apapun, sebagaimana yang disampaikan oleh senior IPNU yang sekarang telah menjadi pengurus GP Ansor Wonokerto sekaligus Istruktur Diklat Ansor (Sahabat Slamet).

“IPNU-IPPNU sekarang harus lebih punya greget dalam berorganisasi dibanding dengan IPNU-IPPNU di tahun-tahun awal pemekaran, apalagi kejanggihan teknologi saat ini yang memudahkan kita untuk berkomunikasi dan mengakses informasi dari manapun dan kapanpun, inilah yang harus di pahami oleh generasi penerus NU yang akan datang,” tuturnya.

Selain itu ia juga menambahkan, bahwa hebatnya organisasi bukan dilihat dari berapa kali organisasi itu melaksanakan program, melainkan apa yang dapat di pahami dari program tersebut (outputnya).

“Oraganisasi kalau mau dikenal atau mau dikatakan hebat itu bukan sebatas melaksanakan progam kerja saja, tapi hasil dari program itu apa dan apa dampak bagi peserta dan masyarakat luas? Oleh sebab itu sangatlah penting untuk menata managemen organisasi dan selalu jaga silaturahmi dan komunikasi antar pengurus dan sesepuh,” imbuhnya.

Sunday, February 21, 2016

KETUA IPNU-IPPNU WONOKERTO TERPILIH JANJIKAN ORGANISASI YANG LEBIH BAIK



“PAC IPNU-IPPNU Wonokerto bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa jika tanpa adanya ranting-ranting yang ada di desa-desa yang ada di Kecamatan Wonokerto,” ujar Aji.

foto Mumar Aji Mustika dalam sambutan setelah terpilih menjadi ketua PAC IPNU Wonokerto


Pekalongan- Satu periode begitu sangat cepat berlalu, itu yang sedikit dirasakan oleh sebagian besar pengurus IPNU-IPPNU Pimpinan Anak Cabang Wonokerto. Jumat, 19 Februari 2016 menjadi titik balik kepengurusan dari periode 2013-2015 kepada periode selanjutnya.

Pelaksanaan Konferensi Anak Cabang yang sempat tertunda dari jadwal semula di akhir 2015 akhirnya pecah di hari jumat lalu. Ratusan pasang mata menyaksikan pendemisioneran dari rekan Arham dan rekanita Zahrotul Aliyah dan akan di serahkan kepada Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Kabupaten Pekalongan sebelum beralih kepada kepengurusan selanjutnya.

Dalam laporan pertanggung jawabannya, rekan Arham dan rekanita Zahrotul Aliya mengucapkan maaf selama dalam kepegurusannya banyak mengalami kendala dan banyak pula program yang belum terealisali dan mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu selama masa jabatannya.

“Sebagai pemimpin kami merasa gagal, sebab banyak progam yang belum terealisasi karena terbentur dengan kesibukan saya pribadi ataupun anggota yang lainnya, namun kami mengharapkan agar di periode berikutnya tidak terulang kembali hal yang sama,” ungakap rekan Arham.

Selain itu, rekanita Zahrotul Aliya juga menegaskan bahwa semasa memimpin belum bisa menjadi sosok panutan bagi anggotanya, sehingga banyak anggota yang hilang, serta kondisi ekonomi tiap anggota yang menjadikan anggota banyak yang merantau.

“Wonokerto memang sulit jika sudah dihadapkan masalah ekonomi, sehingga banyak anggota yang memilih merantau keluar kota, itu juga kembali lagi kepada saya sebagai pemimpin, yang belum bisa mengayomi dan memotivasi para anggota untuk tetap meneruskan perjuangan organisasi sebagaimana yang telah di amanhkan dalam Konferancab VI yang lalu,” imbuhnya.

Dari hasil sidang Konferancab yang dipimpin oleh Pimpinan Cabang IPNU-IPPNU Kabupaten Pekalongan terpilih dua pemimpin baru yaitu Rekan Mumar Aji Mustika dan rekan Wahidatul Maghfiroh sebagai ketua PAC IPNU- IPPNU Wonokerto Periode 2016-2018.

Selaku ketua terpilih Mumar Aji Mustika (Aji) menegaskan, PAC IPNU-IPPNU Wonokerto ada karena adanya Ranting IPNU-IPPNU di desa-desa. Demikian pula dengan kami yang terpilih menjadi ketua baru, ada tidaknya kami sebagai ketua juga karena adanya ranting, sehingga kami harapkan dalam kepengurusan kami semua ranting harus terlibat untuk ikut membangun dan mengemban amanah mengibarkan benderan IPNU-IPPNU di Wonokerto.

“PAC IPNU-IPPNU besar karena ada ranting-ranting yang menopangnya, itu juga selaras dengan adanya pemimpin, pemimpin tanpa anggota maka kami bukanlah siapa-siapa, begitu pula dengan anggota tanpa adanya pemimpin, pastinya bagai anak ayam kehilangan induk, oleh karena itu mari kita bersama-sama ngurep-ngurep NU, gedekke IPNU-IPPNU di kecamatan Wonokerto,” tandasnya.

KONFERANCAB; Tonggak Estafet Kepengurusan Organisasi IPNU-IPPNU Wonokerto



“Jihat di jalan Allah sangatlah di anjurkan, tetapi mati di jalan Tamrin dengan mengatasnamakan jihat adalah tindakan konyol”, tandas Kyai Fauzan.

foto sambutan Kyai Fauzan (Ketua MWC NU Wonokerto)

Pekalongan- Pengurus Anak Cabang IPNU-IPPNU Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan laksanakan Konferensi Anak Cabang (KONFERANCAB) VII di MI ANNUR Desa Bebel (19/2). Tak kurang 90 peserta hadir dari 10 ranting dalam hajat akbar dari banom NU ini. Tampak pula pengurus MWC NU, Muslimat NU, Ansor dan Fatayat.
Kyai Fauzan (Ketua MWC NU Wonokerto) dalam sambutannya, banyak sekali macam Jihat di jalan Allah, salahsatunya dengan ngurep-ngurep (menghidupi) ajarannya (agama islam), IPNU-IPPNU dalam hal ini juga harus bisa mengembangkan ajaran islam yang berhaluan Ahlussunah Wal Jamaah, karena ini ijuga termasuk jihat fisabilillah.
“Melalui Konferensi Anak Cabang, menandakan kepengurusan periode ini telah berakhir dan akan di gantikan oleh kepengurusan di periode selanjutnya, setidaknya harus ada langkah-langkah dan strategi yang jitu agar IPNU-IPPNU kepengurusan selanjutnya tidah mudah terbawa arus bahkan di grogoti oleh aliran diluar kita, sehingga perlu di ingat bahwa jihat di jalan Allah bukan melalui hal-hal yang membahayakan kita, tapi justru membawa kearah kebaikan,” tuturnya.
Selain itu NU juga salahsatu pilar besarnya dan tegaknya NKRI yang mana telah di dirikan oleh para ulama demi kemaslahatan Bangsa dan Negara, sudah sepatutnya jika NU harus di perjuangkan sebagai bagian dari Nusantara.
“NU sebagai salahsatu organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia itu masih banyak kelemahannya. Salahsatunya orang-orang didalamnya yang belum mau mengakui bahwa dirinya adalah NU, sifat inilah yang harus kita tanamkan sebagai warga NU terutama di wilayah Wonokerto,” imbuhnya.
Seecara terpisah, menurut Adib Ahkami (ketua panitia Konferancab), NU adalah organisasi besar tapi kebesaran itu harus dilandasi dengan pondasi yang besar pula bagi generasi selanjutnya.
“IPNU-IPPNU adalah organisasi banom NU yang anggotanya paling muda, karena itu perlu adanya penguatan sejak dini agar kelak ketika masuk NU mereka semakin kuat, tapi fenomena yang terjadi saat ini adalah orangtuanya aktif di NU ataupun banomnya, tetapi anak-anaknya belum tentu mau ikut IPNU-IPPNU, ini yang harus menjadi sorotan dan perlu adanya dorongan dari para orangtua untuk mengajak dan mendidik anak-anaknya untuk sama-sama ngurip-ngurip NU dan mau berorganisasi dalam wadah IPNU-IPPNU” ungkapnya.

JOGO TONGGO (GOTONG ROYONG SAK LAWASE)

Pada kesempatan kali ini kita akan sedikit membahas program Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam menangani Covid-19, yaitu p...