Berbicara
tentang Pekalongan kita akan menemukan dua kata “SAE” dan “ASRI”. Kota yang
memiliki makanan khas yang bernama “Megono”
dan salah satu kota kreatif dunia dengan industri Batik yang menjadi salah satu
ikonnya.
Kembali
ke kata “SAE” kata-kata jawa yang
berarti “baik”. Kenapa Pekalongan di katakan SAE? Kenopo hayo? Ono seng ngerti? Iki lo ulasane!
Sebab
di Kota inilah julukan Kota Santri di sematkan. Bukan tanpa alasan Kota ini
memiliki julukan demikian, sebab mayoritas masyarakatnya beragama islam, walau
ada etnis Cina, Arab dan lain sebagainya.
Terlebih,
masyarakat Pekalongan masih menjunjung ting keramah tamahannya lebih menjadikan
Pekalongan terlihat Sae bagi para
pendatang ataupun masyarakat Pekalongan sendiri. Banyaknya pondok pesantren dan
sekolah berbasis agama sebagai penanda bahwa Pekalongan kental akan makna
religius itu pula yang menjadikan Pekalongan makin Sae. Salah satu diantaranya yang terkenal di Pekalongan adalah pondok
pesantren Ribatul Mutaalimin (Landungsari), pondok pesantren Modren Junaid
(Buaran), pondok pesantren Attaufiqy (Wonopringgo) dan pondok pesantren Nurul
Huda (Simbang Kulon) dan masih banyak lagi pondok pesantren yang ada di
Pekalongan.
Kata
Sae juga melekat pada budaya yang
ada di Pekalongan, mulai dari acara Sawalan yang di laksanakan pada satu minggu
setelah lebaran dengan maksud untuk saling memaafkan. Pada tradisi tersebut
masyarakat Pekalongan membuka pintu rumah dan mempersilahkan para pengunjung untuk
masuk bertamu, meski tidak kenal dengan para pengunjung tetapi bukan menjadi
persoalan besar. Sebab inilah wujud rasa cipta Sae bagi warga Pekalongan.
Bukan
hanya itu saja, tradisi perayaan Maulid nabi yang biasanya juga di rangkai
dengan perayaan Panjang Jimad yang di selenggarakan oleh Habib Lutfi bin Yahya.
Pada tradisi ini juga Sae, sebab
pada Panjang Jimad menunjukkan toleransi beragama, segala macam budaya dan
kreatifitas masyarakat di sajikan. Di tambah pada pelaksanaan Maulid Nabi ada
istilah makan bersama dengan menggunakan talam, yang tiap talam di sediakan
untuk makan 5 orang (mencerminkan persaudaraan dan kekeluargaan). Tradisi lain
yang mencerminkan Saenya Pekalongan
ada Sedekah Bumi, Sedekah Laut, Padusan, Kliwonan, Sintren dan masih banyak
lagi yang Sae-sae di Pekalongan baik
dari segi wisata ataupun masyarakat dan ekonominya.
Setelah
kita mengenal Sae, tiba saatnya kita
sedikit mengulas yang Asri-Asri di Pekalongan!
Pekalongan
selain di kenal sebagai kawasan pesisir, juga di kenal dengan daerah pegunungan
yang menawarkan wisata yang memanjakan mata dan terbilang masih sangat Asri, mulai dari Linggo Asri (buper dan wisata out bound serta wisata lain yang
tersedia), Kali Pahingan (arum jeram, taman dan berbagai fasilitas ainnya),
Watu ireng, Petung Kriono (segudang juruk dan perbukitan serta argo wisata
kebun stobery dan rumah kopi), Lolong (arum jeram, buper dan lain sebagainya)
dan ada lagi yang masih jarang tek ekspos, yaitu kawasan Talun yang menyajikan penjelajahan
hutan dan curuk yang berada di tengah hutan serta beberapa peninggalan Hindu
berbentuk patung Ganesha yang terletak di pinggiran sungai yang terdapat di
tengah hutan.
Kurang
Asri apa Pekalongan? Itulah kekayaan
dan keunikan Pekalongan yang memiliki dua area, yaitu Kota dan Kabupaten. Berbatasan
dengan Kabupaten Batang di sebelah Timur dan Kab. Pemalang di sebelah Barat
serta Kab. Banjar Negara di wilayah selatan.
Jadi
wajar dan pantas jika Pekalongan di katakan kawasan Sae dan Asri! Ada pendapat
lain?
silahkan kemukakan pendapat anda melalui kolom Coment yang tersedia.
silahkan kemukakan pendapat anda melalui kolom Coment yang tersedia.
No comments:
Post a Comment