Monday, December 22, 2014

Lopes Krapyak Kota Pekalongan

Sejarah Lupis Krapyak, Pekalongan (Tradisi Keluarga Menjadi Tradisi Kota)
Lupis merupakan jajanan tradisional yang masih bertahan di era modern ini. jajanan ini masih banyak di temukan di pasar-pasar tradisional. Tak ubahnya lupis yang ada di Kota Santri (Pekalongan). Hampir tiap tahun, ada tradisi syawalan yang menyuguhkan jajanan lupis raksasa. Namun siapa sangka, jajanan yang berbahan dasar ketan ini memiliki nilai filosofi yang sangat tinggi akan makna religius.
Tradisi munculnya lupis Pekalongan ini sudah sejak abad 130an tepatnya di kelurahan Krapyak. Awalnya jajanan ini hanya di gunakan sebagai suguhan kepada tamu yang datang di hari lebaran. Karena sebagai simbol pengikat rasa kekeluargaan antar sesama muslim. Namun sebelum syawalan (lebaran hari ke-8), masyarakat Pekalongan melaksanakan puasa sunah 6 hari hal itu mengacu pada Sabna Nabi Muhammad SAW. Dari Abu Ayyub radhiyallahu anhu:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Siapa yang berpuasa Ramadhan dan melanjutkannya dengan 6 hari pada Syawal, maka itulah puasa seumur hidup’.” [Riwayat Muslim 1984, Ahmad 5/417, Abu Dawud 2433, At-Tirmidzi 1164]
Hal itu sebagai rasa syukur kepada Allah, dan melaksanakan sunah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Adapun rasa syukur tersebut diwujudkan dalam bentuk jajanan berbentuk lupis. Karena filosofi lupis sendiri sangat religius baik dari segi pemakaian bahan maupun dalam proses pembuatannya.
“Ketan sebagai bahan dasar lupis memiliki makna persatuan (kraket=erat), karena ketan yang sudah direbus memiliki daya rekat yang kuat di banding nasi. Bahwa kita sebagai sesama muslim harus memiliki rasa saling peduli dan saling mengingatkan satu samalain. Beras ketan yang putih, bersih memiliki makna kesucian (kembali fitri) dalam nuansa lebaran.
Bungkus lupis diambilkan dari daun pisang, yang memiliki arti perlambang Islam dan kemakmuran. Bahwa islam selalu menumbuhkan kebaikan dan menjaga karuniah Tuhan. Daun pisang yang di gunakanpun tidak boleh terlalu tua ataupun terlalu muda, karena akan berpengaruh pada cita rasa lupis tersebut.
Selain itu ikatan/ tali pembungkus menggunakan serat pelapah pisang, melambangkan kekuatan. Bahwa sesuatu yang sudah dicapai (kembali fitri), harus di jaga agar tidak luntur ataupun berkurang. Akan lebih baik jika semakin bertambah atau ditingkatkan. Pengikat ini juga bisa berarti sebagai pengikat kita untuk menjalin silaturahmi antar muslim (Hamlum minannas).
Dalam proses pembuatannya, lupis ini harus dikukus kurang lebih 24-30 jam. Agar lupis benar-benar masak. Lupis yang di kukus kurang dari 24 jam akan lebih cepat basi dan kurang matang. Proses pengukusan yang lama ini mengajari kita tentang arti kesabaran. Tak ubahnya ketika kita berpuasa harus menahan lapar dan dahaga.” Tutur KH. Abdul Ahmad krapyak lor.
Adapun seriiring perkembangan zaman, tradisi jajanan lupis ini berkembang dan sudah dikenal banyak orang di wilayah Pekalongan. Tetapi lebih dikenal dengan istilah syawalan lopis raksasa di Krapyak (disebut juga lopisan atau krapyakan). Karena dalam acara tahunan ini menyuguhkan lupis porsi besar. Tak seperti di era dulu, hanya berukuran 5 cm dengan diameter 2,5 cm.
Bahkan dalam pelaksanaannyapun sudah banyak perubahan. Seperti halnya puasa 6 hari setelah lebaran, saat ini hanya beberapa keluarga saja yang masih melaksanakannya. Proses pembuatan yang biasanya tiap rumah masing-masing, kini di koordinir dan di bentuk kepanitiaan bersama. Selain itu, tradisi jajan yang biasanya hanya di peruntungkan untuk tamu (saudara, kerabat dan keluarga) kini di bebaskan. Sebab panitia pelaksanakan membuka “Open Hous” bagi pengunjung. Apa lagi dengan ukuran produksi super jumbo yang mempunyai ukuran diameter 150 cm, berat 185 kg dan tinggi 110 cm menambah proses pembuatan kurang lebih 4 sampai 5 hari agar benar-benar masak.
Perkembangan budaya tersebutpun menjadikan lupis Krapyak terkenal dan dijadikan sebagai tradisi syawalan orang Pekalongan yang di akui oleh pemerintah Kota. Terlepas dari itu, ternyata tradisi tersebut memunculkan mitos yang luar biasa perkembangannya. “Bahwa daun bekas bungkus lupis tersebut memiliki khasiat keberkahan baik untuk jodoh ataupun menambah rejeki. Tetapi itu tidak benar, karena itu hanya meng ada-ada. Keberkahan itu ya diberikan oleh Allah SWT. Bukan dari daun atau yang lainnya.” Tutur KH. Abdul Ahmad.
Memang perlu diluruskan kembali dengan adanya mitos tersebut. Bahwa sebenarnya lupis itu muncul karna sebagai budaya islamiah dan di peruntungkan untuk menguatkan keislaman masyarakat Krapyak.

No comments:

Post a Comment

JOGO TONGGO (GOTONG ROYONG SAK LAWASE)

Pada kesempatan kali ini kita akan sedikit membahas program Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam menangani Covid-19, yaitu p...