ISIS (Islamic
State in Iraq and al-Sham) adalah organisasi islam dibawah pimpinan Ibrahim
Awad Ibrahim Ali al-Badri al-Samarrai atau Abu Bakr al-Baghdadi. Kelompok Islam
ini terkenal radikal karena menguasai banyak wilayah di Suriah timur serta Irak
utara dan barat. Menggunakan strategi brutal dan melakukan pembunuhan massal
serta penculikan anggota kelompok keagamaan dan suku. Anggota ISIS adalah kaum
militan yang menginterpretasi Islam Sunni secara ekstrem. Mereka mengklaim
bahwa dasar tindakannya berasal dari ayat-ayat Al-Quran.
Kelompok ini
berkeinginan mendirikan sebuah "khilafah", sebuah negara yang dikuasai
satu pemimpin keagamaan dan politik menurut hukum Islam atau syariah. Meskipun
saat ini terbatas di Irak dan Suriah, ISIS bertekad akan menerobos perbatasan
Yordania dan Lebanon dan memerdekakan Palestina.
Cikal bakal ISIS
adalah almarhum Abu Musab al-Zarqawi, warga Yordania yang mendirikan Tawhid wa
al-Jihad di tahun 2002. Setahun setelah invasi Irak yang dipimpin Amerika
Serikat, Zarqawi menyatakan dukungan kepada Osama Bin Laden dan membentuk Al
Qaeda di Iraq (AQI). Tahun 2006, AQI mendirikan organisasi Negara Islam di Irak
(ISI) yang kemudian melemah karena peningkatan pasukan AS dan pendirian dewan
Kebangkitan oleh suku Arab Sunni yang menolak kebrutalan. Tahun 2010, Baghdadi
membangun kembali ISI. Mereka bergabung dalam pemberontakan menentang Presiden
Suriah Bashar al-Assad, mendirikan Front al-Nusra.
April 2013,
Baghdadi mengumumkan penggabungan pasukannya di Irak dan Suriah dan
diciptakannya Negara Islam di Irak dan Levant (ISIS). Juni 2014, ISIS menguasai
kota Mosul, dan maju ke selatan menuju Baghdad. Setelah mengkonsilidasi
penguasaan beberapa kota, ISIS menyatakan pendirian khalifah dan mengubah nama
menjadi Negara Islam (Daulah Islamiyah). Sejumlah pihak memperkirakan ISIS dan
sekutunya menguasai 40.000 km2 dari wilayah Irak dan Suriah. Kota-kota yang
mereka kuasai diantaranya adalah Mosul, Tikrit, Falluja dan Tal Afar di Irak;
Raqqa di Suriah.
ISIS di Indonesia
Seruan ISIS
mengajak negara-negara islam lain tuk bergabung kedalam jihatnya juga sudah
dilancarkan, salah satunya di Indonesia. Sekitar Agustus 2014 lalu, berita ISIS
mewarnai media di Indonesia. Banyak kalangan menyebut bahwa ISIS bertindak
berlebihan. Sebab mengajak untuk mendirikan negara yang di pimpin oleh
Khalifah. Penolakan-penolakanpun terjadi dari berbagai kalangan. Baik dari
pemerintah Indonesia ataupun dari beberapa ormas agama. Salah satu Ormas Islam
terbesar di Indonesia yaitu NU, menolak tegas adanya ISIS di Indonesia.
Islam yang
bergaris keras ini menjadi permasalahan tersendiri bagi bangsa Indonesia khususnya
warga NU. Menurut KH. Abdul Manan (LTMNU), “ISIS selalu menyerang orang yang
aqidahnya lemah. Dalam artian, keimanan dan penguasaan tentang agamanya masih
mudah tergoyah. Jadi sangat mudah untuk dipengaruhi. Dengan dalih berjihat di
jalan Allah dan mati syahid.” Tuturnya.
Kemulyaan
setelah mati karena berperang demi membela Islam dan iming-iming masuk surga
inilah yang mungkin menjadi motivasi tersendiri bagi para penganutnya. Peran
serta masyarakat dikalangan satuan terkecil anggota NU yaitu ranting juga
sangat di butuhkan dalam penanggulangan ISIS. Tugas dari ulama ataupun kyai
setempat untuk menguatkan idiologi ala ahlussunah wal jama’ah bagi masyarakat
khususnya generasi muda NU. Agama Islam tidak pernah membenarkan perilaku
kekerasan. Sementara ISIS menghalalkan kekerasan bagi siapa saja yang
bertentangan bagi paham yang mereka anut.
ISIS berkembang
pesat dan besar karena memilki pendanaan yang sangat besar. Dana tersebut di
sinyalir dari hasil rampasan atas penguasaan tambang minyak di syria dan keterlibatan
Israel dan Yahudi. Hal tersebutlah yang menjadikan ISIS mampu melengkapi
persenjataan mereka.
PBNU juga akan
mengadakan pertemuan ulama muslim sedunia pada pada 29-30 Oktober di pesantren
Al-Hikam Depok, International Conference of Islamic Scholar (ICIS) bekerjasama
dengan Kementerian Luar Negeri RI akan menggelar konferensi internasional Timur
Tengah. Serta akan dihadiri oleh duta-duta besar Negara Timur Tengah untuk RI
dan beberapa mufti dari Iraq , Syria, Mesir, Turki dan Yordania. Pertemuan yang
bertujua untuk membentengi Indonesia agar tidak dimasuki ISIS dari luar negeri
serta hubungan indonesia dan dunia islam di dunia.
Hal tersebut di
sebabkan oleh saat ini diketahui berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT), terdapat 34 orang Indonesia yang sudah dibaiat atau disumpah
oleh ISIS. Sebagian besar merupakan tokoh-tokoh teroris yang telah beroperasi
di Indonesia. Jumlah tersebut di harapkan tidak bertambah lagi.
Adapun ciri dari
kelompok ini diantaranya berdasarkan ajaran yang mereka bawa, perilaku
kebiasaan dan dapat pula dilihat dari pakaian yang mereka kenakan. Mereka
selalu membawa bendera hitam mungkin mereka mengira akan menjadi
pengikut imam Mahdi yang membawa bendera hitam di akhir zaman dan pemegang
Daulah Islamiyyah.