Friday, March 16, 2012

KEPEWARAAN


KEPEWARAAN

Wara                : Berita
Pewara            : orang (subjek) yang menjadi pembawa berita.
Syarat-syarat pewara :
1.            Memiliki intelegensi tinggi
Memiliki kemampuan yan cerdas.
2.            Berkepribadian dan memiliki sifat yang baik bersifat relatif.
3.            Berpenampilan aktraktif tapi tetap simpatik
4.            Memiliki jiwa pemimpin
-          Berwibawa
-          Bijaksana
5.            Berbahasa dengan baik
6.            Berbicara komunikatif (sesekali menyapa hadirin)
7.            Sabar (menghadapi audience)
8.            Cekatan / enerjik
9.            Mempunyai naluri antisipasi yang baik
10.        Memiliki rasa humor yang tinggi
11.        Berpengetahuan umum luas

Tugas Pewara :
  1. Menyusun acara bersama panitia
  2. Membawakan acara tersebut
  3. Memandu
  4. Memimpin jalannya acara
  5. Menyiapkan hal-hal yang berhubungan dengan acara tersebut.
Fungsi / peran :
  1. Mengatur jalannya suatu acara.

Ø  Aspek mental seorang pewara
·         Konsentrasi benar-benar menghayati susunan / hal-hal dalam acara.
·         Tidak nervous / grogi
Ciri-ciri nervous :
    1. Berkeringat dingin
    2. Cara berdiri tidak tenang.
    3. Jantung berdegup
·         Tenang
Cri-ciri :
    1. Tarik nafas
    2. Rileks

Ø  Aspek fisik seorang pewara
Ø  Aspek pendukung fisik
-          Suara yang baik dengan latihan pernafasan, pengucapan, kelancaran, intonasi,, kalimat, membaca dan kinesik / kinestesia.
-          Kualitas suara dapat terwujud apabila kkualitas suara anda jujur, sikap.
-          Jenis suara menusia :
a.       Saura payau (pembawaan dari lahir).
b.      Suara tipis (kurang baik terlalu banyak resonansi).
c.       Suara dalam (rendah, tidak keras, tidak merdu, cara menaikkan yaitu menaikkan satu nada).
d.      Suara meledak (suara yang sangat keras).
Ø  Upaya memperbaiki suara :
-          Sikap badan tegap
-          Bernapas dengan perut
-          Latihan artikulasi
Ø  Alat bantu utama adalah microfon
Ø  Jenis olahraga yang baik agar menghasilkan suara yang baik :
  1. Lari-lari kecil
  2. Joging
  3. Senam ringan
Ø  Permasalahan yang sering dialami pewara berhubungan dengan suara :
  1. Penyampaian murutan
  2. Pola titi nada salah
  3. Pernafasan tersengal-sengal
  4. Gaya dan cara berbicara
  5. Menghilangkan aksen daerah
  6. Berbicara terlalu cepat
  7. Suara dada terdengar keras (berdegup)

Ø  Mendukung penampilan
  1. Pakaian disesuaikan acara
  2. Tata rias wajah
  3. Penataan rambut
  4. Sepatu
  5. Aksesoris

Teknik Vokal
Ø  Macam-macam untuk membentuk teknik vokal :
  1. Menggunakan alat artikulasi atau artikulator tepat
  2. Tidak merokok
  3. Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang merongsong tenggorokan
·         Tidak terlalu asam
·         Tidak terlalu panas
·         Tidak terlalu asin
Minuman :
·         Jahe (minuman yang pedas)
·         Yang bersoda
·         Yang beralkohol
  1. Senam mulut
Pantangan dan anjuran seorang pewara
Tugas Kelompok 5
Membuat susunan acara
Dari awal sampai akhir

Hal-hal yang mendorong kepewaraan
  1. Faktor kebahasaan
  2. Faktor non kebahasaan
  3. Faktor performen

Keterangan :
  1. Faktor kebahasaan terdiri dari :
Lafal mengucapkan kata-kata dengan benar
Ex : Teladan (bukan Tauladan)
        Universitas
        Sungai
Stressing pada bagian kata / tekanan
Jeda yaitu untuk memperjelas maksud
Intonasai meliputi nada, tempo, dinamik
Kejelasan artinya cara bicaranya jelas tidak menggumam
Menggunakan kalimat efektif cirinya :
-          Tidak menggunakan kalimat Ambigu (makna ganda)
-          Tidak boleh menyebutkan beliau apabila ada orangnya.

  1. Faktor non kebahasaan
-          Sikap tenang percaya diri
-          Tampil mengesankan
-          Cepat tanggap dan kaya inisiatif
-          Kaya improfisasi
-          Suara yang enak didengar
-          Tidak emosional atau sabar

Langkah-langkah dalam non Kebahasaan
  1. Meninjau tempat acara berlangsung
  2. Mengkondisikan tamu
  3. Mengadakan kontak dengan panitia penyelenggara hajat.
  4. Melakukan gladi bersih kalau bersifat resmi
  5. Datang lebih awal untuk melakukan konfirmasi
  6. Mengecek seksi-seksi.





Macam Acara Dibagi Menjadi 3 :
1.      Resmi adalah acaranya kedinasan ada protokoler
Contoh : Seminar, wisuda, peresmian, diskusi ilmiah, pelantikan jabatan, upacara.
2.      Setengah resmi acaranya tidak ada protokoler tetapi uratan acaranya seperti resmi.
Contoh : pernikahan, adat istiadat, peringatan maulid nabi.
3.      Tidak resmi dari sifat dan penyelenggaraannya
Contoh : ulang tahun, walimahan, hiburan.

Kisi-kisi
  1. Hal-hal penting pelaksanaan suatu acara
  2. Bagaimana cara mengatasi hambatan (terangkan)
  3. Garis besar acara (jelaskan masing-masing contohnya)
  4. Aspek fisik dan psikis seorang pewarna
  5. Tulislah sebuah acara
  6. Perbedaan penyiar dengan pembawa acara (jelaskan) (beserta contoh)
  7. Tulislah jenis suara manusia (bedakan pria dengan wanita) (dominan suara paling bagus sebagai pembawa acara).
  8. Cara menjaga vokal supaya tetap baik dari secara makanan dan olahraga.
  9. Tulislah unsur-unsur kebahasaan yang harus dikuasai oleh pewara baik secara tertulis maupun lisan.
  10. Tugas pokok pewara dan larangan yang tidak boleh dilanggar.

Tugas pewara
  1. Menyusun acara
  2. Mengecek kesiapan
  3. Membawa acara
  4. Mengendalikan waktu
  5. Memuaskan hadirin

Pembawa acara :
Sebagai pembawa acara dan bertanggung jawab atas kelancaran dan suksesnya suatu acara. Acara yang biasa dibawakan menurut kreatifitas dalam improviasi dan mengkritikan adanya dialog dengan audiens.

Penyiar adalah ujung tombak radio mewakili radio cara berinteraksi langsung dengan pendengar.
Penyiar adalah seorang trampil yang melakukan pekerjaan penyiaran, menyajikan pruduk komersial.

Jangan merokok.
-          Minum air putih yang cukup.
-          Pemanasan (melatih suara dengan melatih otot diperlukan pemanasan).
-          Hindari makan terlalu malam
-          Mengontrol stress.


Meresumementasi kepewaraan :
Pendahuluan
  1. Latar Belakang
  2. Rumusan Masalah
  3. Tujuan Masalah

Pembahasan
-          Deskripsi tentang kepewaraan / pembahasannya
-          Contoh-contoh kepewaraan jelaskan.
-          Simpulan dan saran
-          Penutup
-          Daftar pustaka
Bisa mencari diinternet atau buku.

Ciri-ciri pembicara yang ideal :
Ø  Mampu memilih topik yang tepat
Ø  Menguasai materi
Ø  Memahami latar belakang pendengar
Ø  Memahami situasi
Ø  Merumuskan tujuan
Ø  Menjalin kontak dengan pendengar
Ø  Memiliki kemampuan linguistik
Ø  Menguasai pendengar
Ø  Memanfaatkan alat bantu
Ø  Meyakinkan dalam berpenampilan
Ø  Mempunyai rencana.

Cara seorang menjadi pembicara / ahli dalam berbicara :
Ø  Keahlian menutup diri yaitu keahlian tidak terlalu mendengar pembicaraan apabila terlalu ramai.
Ø  Keahlian berkonsentrasi
Ø  Keahlian koordinasi yaitu kemampuan bergerak dengan mudah dan mampu menggerakkan isyarat dengan lincah
Ø  Keahlian mengendalikan diri yaitu kemampuan mengontrol anggota badan.
Ø  Mengendalikan emosi
Ø  Keahlian mereaksi
Ø  Keahlian menumbuhkan kehargatan artinya rileks, ada humor tetapi tidak berlebihan, peduli dengan pendengar.
Ø  Keahlian karisma (iner, aura yang ditampilkan).
Ø  Keahlian berfikir spontan.
Ø  Keahlian pemahaman dalam tubuh
Ø  Keahlian untuk melawan segala sesuatu yang ada pada dirinya (melawan rasa terburu-buru dalam berbicara)
Ø  Keahlian vokal (suara)
Ø  Keahlian berimajinasi (mengembangkan kemampuan menggabungkan).

Teknik
Ø  Ulang ucap
Ø  Lihat dan ucapkan
Ø  Memberikan / pemberian
Ø  Bertanya jawab dengan guru
Ø  Bertanya jawab dengan teman
Ø  Diberi pertanyaan yang bersifat menggali
Ø  Melanjutkan cerita yang belum selesai berdasarkan alur.
Ø  Menceritakan kembali
Ø  Percakapan (bisa dengan wawancara)
Ø  Memparaprasekan berupa puisi, derama atau dialog.
Ø  Rekan gambar
Ø  Bercerita pengalaman yang paling mengesankan.
Ø  Bahasa petunjuk (bisa menunjukkan arah) larangan dan anjuran.

Ketrampilan berbicara
Ø  Persiapan diri
-          Jasmani
-          Rohani
Ø  Persiapan materi
Ø  Persiapan pendukung

Keahlian dalam berbicara
Ø  Keahlian menutup diri
Dalam berbicara konsentrasi tinggi.
Ø  Memutuskan perhatian pada si pembicara
Ø  Keahlian koordinasi (kemampuan bergerak, isyarat)
Ø  Keahlian mengendalikan diri
Ø  Keahlian mengendalikan emosi
Ø  Keahlian.

KEPEWARAAN (PEMBAWA ACARA)

KEPEWARAAN (PEMBAWA ACARA)
Pembawa acara adalah orang yang bertugas memimpin dan mengatur jalannya suatu acara, orang sering beranggapan bahwa seorang pembawa acara cukup berbekal suara yang enak didengar dan menampilkan yang enak dipandang. Padahal, masalahnya tidaklah sesederhana itu karena seseorang pembawa acara memerlukan keterampilan dan pengetahuan. Seorang pembawa acara sering dipandang sebagai personalitas instansi atau panitia penyelenggaraan suatu acara.
Oleh sebab itu tidak jarang sebuah instansi atau panitia penyelenggara suatu acara tidak segan-segan mengeluarkan dana untuk membayar seorang pembawa acara yang profesional untuk menyelenggarakan acara yang mereka laksanakan, ini semua dilaksanakan demi persenolitas mereka.
Pada umumnya acara dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Acara yang bersifat resmi,
2. Acara yang bersifat setengah resmi, dan
3. Acara yang bersifat tidak resmi.
Penggolongan sifat acara ini harus dihayati benar oleh seorang pembawa acara karena menyangkut busana yang dikenakannya dan bahasa yang harus dipakainya dalam melaksanakan tugasnya itu.
Semakin resmi suatu acara, busana yang dikenakan oleh pembawa acara juga semakin resmi. Ada acara yang tidak resmi, pembawa acara dapat saja menggunakan busana yang lebih babas asal tetap dalam batas-batas kewajaran dan kesopanan pada acara yang bersifat resmi, bahasa yang digunakan pembawa acara hendaknya bahasa baku. Ia juga tidak perlu menyiapkan humor dan komentarnya terhadap acara dan pengisi acaranya. Sebaliknya, pada acara yang bersifat tidak resmi, pembawa acara dapat saja menggunakan bahasa yang lebih longgar bahkan ia boleh saja menyelipkan humor, komentar, pujian, bahkan memancing tepuk tangan hadirin .
Keberhasilan seorang pembawa acara dalam melaksanakan tugasnya ditentukan oleh dua faktor utama.
Kedua faktor itu adalah faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.
1. Faktor Kebahasaan
Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, mengisyaratkan ada lima faktor kebahasaan yang harus diperhatikan oleh seorang pembawa acara jika ingin berhasil dalam tugasnya.
1.1 Lafal yang benar (cara mengucapkan kata-kata dengan benar)
Ada orang yang bersuara merdu tetapi sayangnya kurang mampu mengucapkan kata-kata dengan benar. Kata-kata bahasa Indonesia kadang-kadang diucapkannya dengan pengaruh bahasa asing atau pengaruh bahasa daerah. Padahal, kata-kata bahasa Indonesia harus dilafalkan sebagaimana kata itu dituliskan.
Contoh: unit dibaca unit bukan yunit
organisasi dibaca organisasi bukan orhanisasi
TVRI dibaca te-ve-er-i bukan ti-vi-er-i
anggota dibaca anggota bukan anggauta
kependudukan dibaca kependudukan bukan kependuduan
Dalam hal lafal ini dihindari juga penggunaan idialek seperti penggunaan e yang berulang-ulang.
1.2 Tekanan Kata atau Aksen
Tekanan kata dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna katanya. Akan tetapi, secara umum dan konsisten tekanan kata bahasa Indonesia jatuh pada satu suku sebelum suku kata akhirnya. Anda dapat membayangkan bagaimana menjemukan bila seseorang itu berbicara secara monoton (tanpa tekanan pada kata yang diucapkan).
Contoh tekanan kata bahasa Indonesia adalah:
kemana tidur hancur
siapa selektif bagaimana
1.3 Pemenggalan Kalimat (Jeda)
Kemampuan memenggal kalimat secara tepat banyak bergantung pada perasaaan bahasa seseorang. Akan tetapi, kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan berlatih memahami makna setiap kata dalam hubungan kalimat. Hal ini penting karena makna kalimat bahasa Indonesia antara lain ditentukan oleh jedanya atau pemenggalan kalimatnya. Contohnya kalimat Kucing makan tikus mati. Makna kalimat dapat berubah-ubah berdasarkan jeda yang diberikan kepadanya. Kemungkinan perubahan makna kalimat itu Adalah:
Kucing/makan tikus mati. Makna kalimat ini adalah ada kucing makan dan yang dimakannya adalah tikus mati.
Kucing makan/tikus mati. Makna kalimat itu adalah ada kucing makan dan pada waktu itu ada juga tikus mati.
Kucing makan tikus/mati. Makna kalimat itu adalah ada kucing mati yang disebabkan oleh kucing itu makan tikus.
Dari contoh sederhana ini dapat dilihat bahwa pemenggalan kata (jeda) amat berperan dalam menentukan makna sebuah kalimat bahasa Indonesia.
1.4 Intonasi atau Lagu Kalimat
Intonasi atau lagu kalimat mengacu pada turun-naiknya, cepat-lambat, dan keras lembutnya kalimat yang diucapkan. Menggunakan intonasi juga harus berhati-hati karena perubahan Intonasi juga mengakibatkan perubahan makna kalimat
Contoh :
Pak Kasur makan bubur. Kalimat ini memberitakan bahwa ada orang bernama Pak Kasur, beliau sedang makan bubur.
Pak Kasur makan bubur ! Kalimat ini memerintahkan agar orang yang bernama Pak Kasur makan bubur.
Pak Kasur makan bubur ? Kalimat ini berisi pertanyaan dan keheranan karena Pak Kasur biasanya tidak suka makan bubur
Pak, Kasur makan bubur ?! Kalimat ini berisi pertanyaan dan keheranan yang luar biasa karena ada kasur yang makan bubur
1.5 Enunsiasi (kejelasan)
Enunsiasi adalah kejelasan pengucapan kata, dan ketepatan pemenggalan kalimat (jeda). Ada orang yang berbicara menggumam sehingga kata-kata yang diucapkannya tidak jelas terdengar. Ada juga orang yang apabila berbicara terlalu cepat sukar dipahami ucapannya. Hal ini harus dihindari oleh pembawa acara jika ia ingin berhasil dalam tugasnya. Caranya, adalah dengan selalu berlatih terutama berlatih vokal.
1.6 Mengggunakan Bahasa atau Kalimat secara Efektif
Seorang pembawa acara harus berusaha menggunakan kalimat seefektif mungkin, sedapat mungkin hindarilah kalimat yang tidak efektif.
Contoh :
Kepada Ibu … waktu dan tempat kami sediakan. Atau
Kepada Ibu … kami persilahkan dengan segala hormat.
Sebaiknya : Ibu … kami persilahkan.
Untuk mempersingkat waktu, baiklah acara ini kita mulai saja.
Sebaiknya: untuk menghemat waktu, acara ini kita mulai.
Jika menginginkan hadirin melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, nyatakan dengan kalimat perintah permohonan.
Contoh :
Hadirin dimohon berdiri. (kerena berdiri tidak menyenangkan).
Jika menginginkan hadirin melakukan sesuatu yang menyenangkan, nyatakan dengan kalimat perintah yang mempersilahkan.
Contoh :
Hadirin dipersilahkan duduk kembali. (karena duduk lebih menyenangkan).
2. Faktor Nonkebahasaan
Faktor nonkebahasaan yang menunjang keberhasilann seseorang pembawa acara adalah :
2.1. Sikap tenang menghadapi massa
Ketenangan dapat tercipta bila pembawa acara itu yakin akan kemampuan dirinya dan rasa percaya dirinya lebih besar.
2.2. Tampil Mengesankan
Penampilan ynag mengesankan adalah penampilan yang penuh wibawa, cerah, bersemangat, wajar, tidak berlebih-lebihan, tidak manja, tidak kemayu, dan tidak malu-malu.
2.3. Cepat tanggap dan kaya Inisiatf
Bila secara tiba-tiba terjadi perubahan atau pembatalan sebuah acara, pembawa acara diharapkan dapat mengatasi masalah itu dengan sebaik-baiknya sehingga hadirin tidak kecewa, bahkan bila perlu hadirin tidak menyadari adanya perubahan itu.
2.4. Kaya Improvisasi dan memiliki rasa humor (terutama pembawa acara hiburan dan tidak resmi)
2.5. Memiliki suara yang enak didengar
Suara yang enak didengar adalah suara bernada rendah dan bersonansi atau bergema bukan suara yang bernada tinggi dan nyaring melengking.
2.6. Tidak emosional
Pada saat tampil pembawa acara hendaknya dapat melupakan perasaan yang sedang bergejolak dalam dirinya, seperti sedih, kesal, marah, dan sebagainya.
Sebelum seorang pembawa acara tampil, sebaiknya ia melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Meninjau tempat acara berlangsung, hal ini perlu untuk memperoleh gambaran situasi ketika acara berlangsung.
2. Mengadakan kontak dengan panitia penyelenggara, hal ini penting untuk lebih memahamijalannya acara yang akan berlangsung.
3. Melakukan gladi bersih, terutama untuk acara yang bersifat resmi.
4. Datang lebih awal untuk melakukan konfirmasi atau paling tidak mengecek keadaan orang-orang yang akan berbicara pada acara yang akan dipandunya.
P I D A T O
Berpidato pada dasarnya tidak lain adalah berbicara di depan massa untuk menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, kehendak, dan sebagainya. Seseorang pemimpin hendaknya berusaha memiliki keterampilan berpidato ini karena bagaimanapun pada suatu saat ia akan dituntut untuk berpidato.
Agar dapat berpidato dengan baik, seseorang itu hendaklah:
1. Memiliki tekad dan keyakinan bahwa ia mampu meyakinkan orang lain. Dengan modal ini ia akan memiliki keberanian dan rasa percaya diri sehingga ia tidak ragu mengucapkan pidatonya.
2. Memiliki pengetahuan yang luas sehingga ia mampu menguasai materi yang akan disampaikanya.
3. Memilki perbendaharaan kata yang cukup sehingga ia mampu mengucapkan pidatonya dengan lancar dan meyakinkan.
4. Melakukan latihan dengan intensif.
Berpidato di depan massa tentu saja memiliki tatakrama. Tatakrama itu adalah sebagai berikut:
1. Berpakaianlah dengan rapi dan bersih, hindari bergaya pamer dangan memakai perhiasan yang berlebihan.
2. Gunakanlah kata-kata yang sopan, jangan mengesankan keangkuhan, dan kesombongan,timbulkanlah kesan rendah hati.
3. Selingilah pidato dengan humor yang segar dan sopan bila ternyata panjang.
4. Jika berpidato di depan pemeluk agama yang beragama, usahakanlah jangan sampai menyinggung martabat suatu agama.
5. Jika pendengar pidato itu masyarakat desa orang yang kurang berpendidikan, gunakan kata-kata atau kalimat yang sederhana sehingga pidato itu mudah di pahami.
PIDATO YANG BAIK TENTU SAJA MEMILIKI SISTEMATIKA YANG BAIK PULA.
Secara garis besar, sistematika pidato itu adalah:
1. Mengucapkan salam pembuka dan menyapa hadirin.
2. Menyampaikan pendahuluan yang biasanya dinyatakan dalam bentuk ucapan terima kasih, ungkapan kegembiraan, atau rasa syukur
3. Menyampaikan isi pidato yang diucapkan dengan jelas dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan gaya bahasa yang menarik.
4. Menyampaikan kesimpulan isi pidato agar mudah diingat oleh pendengar.
5. Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan agar pendengar melaksanakan isi pidato.
6. Menyampaikan salam penutup.
Cara atau metode yang dapat digunakan pada waktu berpidato ada 4 macam, yaitu:
1. Metoda Naskah
Berpidato dengan menggunakan metoda ini berarti berpidato dengan melihat teks pidato yang disusun secara utuh. Metoda ini biasanya digunakan dalam pidato radio, televisi, dan pidato resmi. Metoda ini memiliki kelemahan, yaitu putusnya kontak antara pendengar dan pembicara karena pembicara asyik dengan teks yang dibicarakan.
2. Metoda Menghafal
Berpidato dengan menggunakan metoda ini berarti pembicara berpidato berdasarkan naskah yang telah dihafalnya. Metoda ini memiliki kelemahan, yaitu pembicara cenderung berbicara cepat-cepat dan tidak menghayati maknanya. Selain itu juga menyulitkan pembicara menyesuaikan diri dengan reaksi pendengarnya.
3. Metoda Impromptu (serta merta)
Berpidato dengan menggunakan metoda ini berarti berbicara tanpa persiapan sama sekali. Pembicara berbicara berdasarkan kemampuan dan pengetahaunnya dan dikaitkannya dengan situasi dan kepentingan saat itu. Kesanggupan berpidato seperti ini sangat berguna dalam keadaan terdesak atau terpaksa.


4. Metoda Ekstemporan (Tanpa Persiapan Naskah)
Berpidato dengan menggunakan metoda ini berarti berpidato denga lebih dulu merencanakan dengan cermat catatan-catatan penting sekaligus urutan uraiannya. Kata-kata dan kalimatnya disusun pembicara pada saat ia berpidato. Ia hanya melihat urutan uraian yang telah dipersiapkan itu, jika dibandingkan ternyata bahwa diantara keempat metoda ini, metoda ekstermporanlah yang lebih menguntungkan karena memungkinkan pembicara berpidato seluas mungkin dengan tidak kehilangan urutan-urutan pembicaraan yang telah direncanakannya.
MEMIMPIN RAPAT
Dalam suatu organisasi tidak jarang muncul masalah yang perlu diatasi. Masalah-masalah itu terkadang memiliki lebih dari satu pemecahan sehingga harus dipilih cara mana yang lebih baik. Oleh sebab itu, cara yang dapat ditempuh dalam hal ini adalah mengadakan permusyawaratan atau biasa disebut rapat.
Rapat yang biasa digunakan dalam suatu organisasi terdiri dari ketua rapat, notulis (sekretaris), dan anggota atau peserta. Kadang-kadang ada juga komponen ‘narasumber’ atau ‘pengarah’ (orang yang memberikan arahan). Semua komponen ingin memilki tugas masing-masing.
PENYELENGGARAAN RAPAT BIASANYA MELALUI TAHAP-TAHAP BERIKUT:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini pemimpin rapat hendaknya melakukan hal-hal berikut:
a. menentukan masalah apa yang akan dibicarakan
b. mengumpulkan sejumlah data, informasi mengenai masalah itu
c. menentukan tujuan yang akan dicapai
d. menyusun rapat.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini pemimpin rapat hendaklah melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. membuka rapat antara lain mengucapkan terima kasih kepada peserta yang hadir
b. menunjuk salah seorang peserta untuk menjadi notulis
c. mengemukakan topik rapat itu dengan disertai penjelasan singkat mengenai topik itu
d. menyediakan daftar hadir peserta
e. menyampaikan susunan acara dan meminta pertimbangan peserta terhadap susunan acara yang ditawarkannya itu
f. memberikan orientasi mengenai topik rapat itu satu persatu sesuai dengan susunan acara yang disepakati
g. mengemukakan data atau fakta mengenai topik itu untuk merangsang pendapat peserta
h. memberi kesempatan kepada peserta untuk menanggapi topik itu
i. mempertimbangkan semua masukan yang diberikan peserta
Dalam hal ini pemimpin rapat hendaklah membuat kesimpulan singkat mengenai pendapat para peserta dan dilontarkan pada sidang untuk dipertimbangkan. Pada tahap ini pimpinan rapat harus konsekuen dengan acara yang telah disepakati. Oleh sebab itu, jika ada peserta yang membicarakan sesuatu yang menyimpang dari topik utama pimpinan rapat berwenang menegur dan mengembalikan pembicaraan pada topik semula. Jika tidak demikian, rapat itu akan berjalan lamban dan tidak akan menghasilkan kesimpulan/keputusan yang diharapkan.
3. Tahap Perumusan
Apabila dipandang bahwa kesepakatan telah ditemukan pimpinan rapat dapat merumuskan kesimpulan rapat itu (biasa disebut keputusan rapat). Pimpinan rapat harus berhati-hati oleh sebab itu, semua keputusan yang diambil hendaklah atas dasar persetujuan seluruh peserta. Keputusan itu dapat berupa tindakan apa yang direncanakan, siapa yang melaksanakannya, kapan dilaksanakan dan lain-lain.

PENUTUP
Berbicara merupakan suatu keterampilan oleh sebab itu, ia harus terus dilatih dan dikembangkan. Seseorang pembicara selalu dituntut untuk selalu belajar dan berlatih, tanpa belajar dan berlatih keterampilannya sulit untuk dikembangkan.

No comments:

Post a Comment

JOGO TONGGO (GOTONG ROYONG SAK LAWASE)

Pada kesempatan kali ini kita akan sedikit membahas program Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam menangani Covid-19, yaitu p...