KEPEWARAAN
Wara :
Berita
Pewara :
orang (subjek) yang menjadi pembawa berita.
Syarat-syarat pewara :
1.
Memiliki
intelegensi tinggi
Memiliki kemampuan yan cerdas.
2.
Berkepribadian
dan memiliki sifat yang baik bersifat relatif.
3.
Berpenampilan
aktraktif tapi tetap simpatik
4.
Memiliki
jiwa pemimpin
-
Berwibawa
-
Bijaksana
5.
Berbahasa
dengan baik
6.
Berbicara
komunikatif (sesekali menyapa hadirin)
7.
Sabar
(menghadapi audience)
8.
Cekatan
/ enerjik
9.
Mempunyai
naluri antisipasi yang baik
10.
Memiliki
rasa humor yang tinggi
11.
Berpengetahuan
umum luas
Tugas Pewara :
- Menyusun acara bersama panitia
- Membawakan acara tersebut
- Memandu
- Memimpin jalannya acara
- Menyiapkan hal-hal yang berhubungan dengan acara tersebut.
Fungsi / peran :
- Mengatur jalannya suatu acara.
Ø Aspek mental seorang pewara
·
Konsentrasi
benar-benar menghayati susunan / hal-hal dalam acara.
·
Tidak
nervous / grogi
Ciri-ciri nervous :
- Berkeringat dingin
- Cara berdiri tidak tenang.
- Jantung berdegup
·
Tenang
Cri-ciri :
- Tarik nafas
- Rileks
Ø Aspek fisik seorang pewara
Ø Aspek pendukung fisik
-
Suara
yang baik dengan latihan pernafasan, pengucapan, kelancaran, intonasi,,
kalimat, membaca dan kinesik / kinestesia.
-
Kualitas
suara dapat terwujud apabila kkualitas suara anda jujur, sikap.
-
Jenis
suara menusia :
a. Saura payau (pembawaan dari lahir).
b. Suara tipis (kurang baik terlalu banyak
resonansi).
c. Suara dalam (rendah, tidak keras, tidak
merdu, cara menaikkan yaitu menaikkan satu nada).
d. Suara meledak (suara yang sangat keras).
Ø Upaya memperbaiki suara :
-
Sikap
badan tegap
-
Bernapas
dengan perut
-
Latihan
artikulasi
Ø Alat bantu utama adalah microfon
Ø Jenis olahraga yang baik agar menghasilkan
suara yang baik :
- Lari-lari kecil
- Joging
- Senam ringan
Ø Permasalahan yang sering dialami pewara
berhubungan dengan suara :
- Penyampaian murutan
- Pola titi nada salah
- Pernafasan tersengal-sengal
- Gaya dan cara berbicara
- Menghilangkan aksen daerah
- Berbicara terlalu cepat
- Suara dada terdengar keras (berdegup)
Ø Mendukung penampilan
- Pakaian disesuaikan acara
- Tata rias wajah
- Penataan rambut
- Sepatu
- Aksesoris
Teknik Vokal
Ø Macam-macam untuk membentuk teknik vokal :
- Menggunakan alat artikulasi atau artikulator tepat
- Tidak merokok
- Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang merongsong tenggorokan
·
Tidak
terlalu asam
·
Tidak
terlalu panas
·
Tidak
terlalu asin
Minuman :
·
Jahe
(minuman yang pedas)
·
Yang
bersoda
·
Yang
beralkohol
- Senam mulut
Pantangan dan anjuran seorang
pewara
Tugas Kelompok 5
Membuat susunan acara
Dari awal sampai akhir
Hal-hal yang mendorong kepewaraan
- Faktor kebahasaan
- Faktor non kebahasaan
- Faktor performen
Keterangan :
- Faktor kebahasaan terdiri dari :
Lafal mengucapkan kata-kata dengan benar
Ex : Teladan (bukan Tauladan)
Universitas
Sungai
Stressing pada bagian kata / tekanan
Jeda yaitu untuk memperjelas maksud
Intonasai meliputi nada, tempo, dinamik
Kejelasan artinya cara bicaranya jelas
tidak menggumam
Menggunakan kalimat efektif cirinya :
-
Tidak
menggunakan kalimat Ambigu (makna ganda)
-
Tidak
boleh menyebutkan beliau apabila ada orangnya.
- Faktor non kebahasaan
-
Sikap
tenang percaya diri
-
Tampil
mengesankan
-
Cepat
tanggap dan kaya inisiatif
-
Kaya
improfisasi
-
Suara
yang enak didengar
-
Tidak
emosional atau sabar
Langkah-langkah dalam non Kebahasaan
- Meninjau tempat acara berlangsung
- Mengkondisikan tamu
- Mengadakan kontak dengan panitia penyelenggara hajat.
- Melakukan gladi bersih kalau bersifat resmi
- Datang lebih awal untuk melakukan konfirmasi
- Mengecek seksi-seksi.
Macam Acara Dibagi Menjadi 3 :
1. Resmi adalah acaranya kedinasan ada
protokoler
Contoh : Seminar, wisuda,
peresmian, diskusi ilmiah, pelantikan jabatan, upacara.
2. Setengah resmi acaranya tidak ada
protokoler tetapi uratan acaranya seperti resmi.
Contoh : pernikahan, adat
istiadat, peringatan maulid nabi.
3. Tidak resmi dari sifat dan
penyelenggaraannya
Contoh : ulang tahun,
walimahan, hiburan.
Kisi-kisi
- Hal-hal penting pelaksanaan suatu acara
- Bagaimana cara mengatasi hambatan (terangkan)
- Garis besar acara (jelaskan masing-masing contohnya)
- Aspek fisik dan psikis seorang pewarna
- Tulislah sebuah acara
- Perbedaan penyiar dengan pembawa acara (jelaskan) (beserta contoh)
- Tulislah jenis suara manusia (bedakan pria dengan wanita) (dominan suara paling bagus sebagai pembawa acara).
- Cara menjaga vokal supaya tetap baik dari secara makanan dan olahraga.
- Tulislah unsur-unsur kebahasaan yang harus dikuasai oleh pewara baik secara tertulis maupun lisan.
- Tugas pokok pewara dan larangan yang tidak boleh dilanggar.
Tugas pewara
- Menyusun acara
- Mengecek kesiapan
- Membawa acara
- Mengendalikan waktu
- Memuaskan hadirin
Pembawa acara :
Sebagai pembawa acara dan bertanggung jawab atas
kelancaran dan suksesnya suatu acara. Acara yang biasa dibawakan menurut
kreatifitas dalam improviasi dan mengkritikan adanya dialog dengan audiens.
Penyiar adalah ujung tombak radio mewakili radio
cara berinteraksi langsung dengan pendengar.
Penyiar adalah seorang trampil yang melakukan
pekerjaan penyiaran, menyajikan pruduk komersial.
Jangan merokok.
-
Minum
air putih yang cukup.
-
Pemanasan
(melatih suara dengan melatih otot diperlukan pemanasan).
-
Hindari
makan terlalu malam
-
Mengontrol
stress.
Meresumementasi kepewaraan :
Pendahuluan
- Latar Belakang
- Rumusan Masalah
- Tujuan Masalah
Pembahasan
-
Deskripsi
tentang kepewaraan / pembahasannya
-
Contoh-contoh
kepewaraan jelaskan.
-
Simpulan
dan saran
-
Penutup
-
Daftar
pustaka
Bisa mencari diinternet atau buku.
Ciri-ciri pembicara yang ideal :
Ø Mampu memilih topik yang tepat
Ø Menguasai materi
Ø Memahami latar belakang pendengar
Ø Memahami situasi
Ø Merumuskan tujuan
Ø Menjalin kontak dengan pendengar
Ø Memiliki kemampuan linguistik
Ø Menguasai pendengar
Ø Memanfaatkan alat bantu
Ø Meyakinkan dalam berpenampilan
Ø Mempunyai rencana.
Cara seorang menjadi pembicara / ahli dalam
berbicara :
Ø Keahlian menutup diri yaitu keahlian tidak
terlalu mendengar pembicaraan apabila terlalu ramai.
Ø Keahlian berkonsentrasi
Ø Keahlian koordinasi yaitu kemampuan
bergerak dengan mudah dan mampu menggerakkan isyarat dengan lincah
Ø Keahlian mengendalikan diri yaitu
kemampuan mengontrol anggota badan.
Ø Mengendalikan emosi
Ø Keahlian mereaksi
Ø Keahlian menumbuhkan kehargatan artinya
rileks, ada humor tetapi tidak berlebihan, peduli dengan pendengar.
Ø Keahlian karisma (iner, aura yang
ditampilkan).
Ø Keahlian berfikir spontan.
Ø Keahlian pemahaman dalam tubuh
Ø Keahlian untuk melawan segala sesuatu yang
ada pada dirinya (melawan rasa terburu-buru dalam berbicara)
Ø Keahlian vokal (suara)
Ø Keahlian berimajinasi (mengembangkan
kemampuan menggabungkan).
Teknik
Ø Ulang ucap
Ø Lihat dan ucapkan
Ø Memberikan / pemberian
Ø Bertanya jawab dengan guru
Ø Bertanya jawab dengan teman
Ø Diberi pertanyaan yang bersifat menggali
Ø Melanjutkan cerita yang belum selesai
berdasarkan alur.
Ø Menceritakan kembali
Ø Percakapan (bisa dengan wawancara)
Ø Memparaprasekan berupa puisi, derama atau
dialog.
Ø Rekan gambar
Ø Bercerita pengalaman yang paling
mengesankan.
Ø Bahasa petunjuk (bisa menunjukkan arah)
larangan dan anjuran.
Ketrampilan berbicara
Ø Persiapan diri
-
Jasmani
-
Rohani
Ø Persiapan materi
Ø Persiapan pendukung
Keahlian dalam berbicara
Ø Keahlian menutup diri
Dalam berbicara konsentrasi
tinggi.
Ø Memutuskan perhatian pada si pembicara
Ø Keahlian koordinasi (kemampuan bergerak,
isyarat)
Ø Keahlian mengendalikan diri
Ø Keahlian mengendalikan emosi
Ø Keahlian.
KEPEWARAAN (PEMBAWA ACARA)
KEPEWARAAN (PEMBAWA ACARA)
Pembawa acara adalah orang yang
bertugas memimpin dan mengatur jalannya suatu acara, orang sering beranggapan
bahwa seorang pembawa acara cukup berbekal suara yang enak didengar dan
menampilkan yang enak dipandang. Padahal, masalahnya tidaklah sesederhana itu
karena seseorang pembawa acara memerlukan keterampilan dan pengetahuan. Seorang
pembawa acara sering dipandang sebagai personalitas instansi atau panitia
penyelenggaraan suatu acara.
Oleh sebab itu tidak jarang
sebuah instansi atau panitia penyelenggara suatu acara tidak segan-segan
mengeluarkan dana untuk membayar seorang pembawa acara yang profesional untuk
menyelenggarakan acara yang mereka laksanakan, ini semua dilaksanakan demi
persenolitas mereka.
Pada umumnya acara dapat dibagi
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Acara yang bersifat resmi,
2. Acara yang bersifat setengah
resmi, dan
3. Acara yang bersifat tidak
resmi.
Penggolongan sifat acara ini
harus dihayati benar oleh seorang pembawa acara karena menyangkut busana yang
dikenakannya dan bahasa yang harus dipakainya dalam melaksanakan tugasnya itu.
Semakin resmi suatu acara,
busana yang dikenakan oleh pembawa acara juga semakin resmi. Ada acara yang
tidak resmi, pembawa acara dapat saja menggunakan busana yang lebih babas asal
tetap dalam batas-batas kewajaran dan kesopanan pada acara yang bersifat resmi,
bahasa yang digunakan pembawa acara hendaknya bahasa baku. Ia juga tidak perlu
menyiapkan humor dan komentarnya terhadap acara dan pengisi acaranya.
Sebaliknya, pada acara yang bersifat tidak resmi, pembawa acara dapat saja
menggunakan bahasa yang lebih longgar bahkan ia boleh saja menyelipkan humor,
komentar, pujian, bahkan memancing tepuk tangan hadirin .
Keberhasilan seorang pembawa
acara dalam melaksanakan tugasnya ditentukan oleh dua faktor utama.
Kedua faktor itu adalah faktor
kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.
1. Faktor Kebahasaan
Pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, mengisyaratkan ada lima faktor
kebahasaan yang harus diperhatikan oleh seorang pembawa acara jika ingin
berhasil dalam tugasnya.
1.1 Lafal yang benar (cara
mengucapkan kata-kata dengan benar)
Ada orang yang bersuara merdu
tetapi sayangnya kurang mampu mengucapkan kata-kata dengan benar. Kata-kata
bahasa Indonesia kadang-kadang diucapkannya dengan pengaruh bahasa asing atau
pengaruh bahasa daerah. Padahal, kata-kata bahasa Indonesia harus dilafalkan
sebagaimana kata itu dituliskan.
Contoh: unit dibaca unit bukan
yunit
organisasi dibaca organisasi
bukan orhanisasi
TVRI dibaca te-ve-er-i bukan
ti-vi-er-i
anggota dibaca anggota bukan
anggauta
kependudukan dibaca kependudukan
bukan kependuduan
Dalam hal lafal ini dihindari
juga penggunaan idialek seperti penggunaan e yang berulang-ulang.
1.2 Tekanan Kata atau Aksen
Tekanan kata dalam bahasa
Indonesia tidak membedakan makna katanya. Akan tetapi, secara umum dan
konsisten tekanan kata bahasa Indonesia jatuh pada satu suku sebelum suku kata
akhirnya. Anda dapat membayangkan bagaimana menjemukan bila seseorang itu
berbicara secara monoton (tanpa tekanan pada kata yang diucapkan).
Contoh tekanan kata bahasa
Indonesia adalah:
kemana tidur hancur
siapa selektif bagaimana
1.3 Pemenggalan Kalimat (Jeda)
Kemampuan memenggal kalimat
secara tepat banyak bergantung pada perasaaan bahasa seseorang. Akan tetapi,
kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan berlatih memahami makna setiap kata
dalam hubungan kalimat. Hal ini penting karena makna kalimat bahasa Indonesia
antara lain ditentukan oleh jedanya atau pemenggalan kalimatnya. Contohnya
kalimat Kucing makan tikus mati. Makna kalimat dapat berubah-ubah berdasarkan
jeda yang diberikan kepadanya. Kemungkinan perubahan makna kalimat itu Adalah:
Kucing/makan tikus mati. Makna
kalimat ini adalah ada kucing makan dan yang dimakannya adalah tikus mati.
Kucing makan/tikus mati. Makna
kalimat itu adalah ada kucing makan dan pada waktu itu ada juga tikus mati.
Kucing makan tikus/mati. Makna
kalimat itu adalah ada kucing mati yang disebabkan oleh kucing itu makan tikus.
Dari contoh sederhana ini dapat
dilihat bahwa pemenggalan kata (jeda) amat berperan dalam menentukan makna
sebuah kalimat bahasa Indonesia.
1.4 Intonasi atau Lagu Kalimat
Intonasi atau lagu kalimat
mengacu pada turun-naiknya, cepat-lambat, dan keras lembutnya kalimat yang
diucapkan. Menggunakan intonasi juga harus berhati-hati karena perubahan
Intonasi juga mengakibatkan perubahan makna kalimat
Contoh :
Pak Kasur makan bubur. Kalimat
ini memberitakan bahwa ada orang bernama Pak Kasur, beliau sedang makan bubur.
Pak Kasur makan bubur ! Kalimat
ini memerintahkan agar orang yang bernama Pak Kasur makan bubur.
Pak Kasur makan bubur ? Kalimat
ini berisi pertanyaan dan keheranan karena Pak Kasur biasanya tidak suka makan
bubur
Pak, Kasur makan bubur ?!
Kalimat ini berisi pertanyaan dan keheranan yang luar biasa karena ada kasur
yang makan bubur
1.5 Enunsiasi (kejelasan)
Enunsiasi adalah kejelasan
pengucapan kata, dan ketepatan pemenggalan kalimat (jeda). Ada orang yang
berbicara menggumam sehingga kata-kata yang diucapkannya tidak jelas terdengar.
Ada juga orang yang apabila berbicara terlalu cepat sukar dipahami ucapannya.
Hal ini harus dihindari oleh pembawa acara jika ia ingin berhasil dalam
tugasnya. Caranya, adalah dengan selalu berlatih terutama berlatih vokal.
1.6 Mengggunakan Bahasa atau
Kalimat secara Efektif
Seorang pembawa acara harus
berusaha menggunakan kalimat seefektif mungkin, sedapat mungkin hindarilah
kalimat yang tidak efektif.
Contoh :
Kepada Ibu … waktu dan tempat
kami sediakan. Atau
Kepada Ibu … kami persilahkan
dengan segala hormat.
Sebaiknya : Ibu … kami persilahkan.
Untuk mempersingkat waktu,
baiklah acara ini kita mulai saja.
Sebaiknya: untuk menghemat
waktu, acara ini kita mulai.
Jika menginginkan hadirin
melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan, nyatakan dengan kalimat perintah
permohonan.
Contoh :
Hadirin dimohon berdiri. (kerena
berdiri tidak menyenangkan).
Jika menginginkan hadirin
melakukan sesuatu yang menyenangkan, nyatakan dengan kalimat perintah yang
mempersilahkan.
Contoh :
Hadirin dipersilahkan duduk
kembali. (karena duduk lebih menyenangkan).
2. Faktor Nonkebahasaan
Faktor nonkebahasaan yang
menunjang keberhasilann seseorang pembawa acara adalah :
2.1. Sikap tenang menghadapi
massa
Ketenangan dapat tercipta bila
pembawa acara itu yakin akan kemampuan dirinya dan rasa percaya dirinya lebih
besar.
2.2. Tampil Mengesankan
Penampilan ynag mengesankan
adalah penampilan yang penuh wibawa, cerah, bersemangat, wajar, tidak
berlebih-lebihan, tidak manja, tidak kemayu, dan tidak malu-malu.
2.3. Cepat tanggap dan kaya
Inisiatf
Bila secara tiba-tiba terjadi
perubahan atau pembatalan sebuah acara, pembawa acara diharapkan dapat
mengatasi masalah itu dengan sebaik-baiknya sehingga hadirin tidak kecewa,
bahkan bila perlu hadirin tidak menyadari adanya perubahan itu.
2.4. Kaya Improvisasi dan
memiliki rasa humor (terutama pembawa acara hiburan dan tidak resmi)
2.5. Memiliki suara yang enak
didengar
Suara yang enak didengar adalah
suara bernada rendah dan bersonansi atau bergema bukan suara yang bernada
tinggi dan nyaring melengking.
2.6. Tidak emosional
Pada saat tampil pembawa acara
hendaknya dapat melupakan perasaan yang sedang bergejolak dalam dirinya,
seperti sedih, kesal, marah, dan sebagainya.
Sebelum seorang pembawa acara
tampil, sebaiknya ia melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Meninjau tempat acara berlangsung,
hal ini perlu untuk memperoleh gambaran situasi ketika acara berlangsung.
2. Mengadakan kontak dengan
panitia penyelenggara, hal ini penting untuk lebih memahamijalannya acara yang
akan berlangsung.
3. Melakukan gladi bersih,
terutama untuk acara yang bersifat resmi.
4. Datang lebih awal untuk
melakukan konfirmasi atau paling tidak mengecek keadaan orang-orang yang akan
berbicara pada acara yang akan dipandunya.
P I D A T O
Berpidato pada dasarnya tidak
lain adalah berbicara di depan massa untuk menyampaikan pikiran, perasaan,
gagasan, kehendak, dan sebagainya. Seseorang pemimpin hendaknya berusaha
memiliki keterampilan berpidato ini karena bagaimanapun pada suatu saat ia akan
dituntut untuk berpidato.
Agar dapat berpidato dengan
baik, seseorang itu hendaklah:
1. Memiliki tekad dan keyakinan
bahwa ia mampu meyakinkan orang lain. Dengan modal ini ia akan memiliki
keberanian dan rasa percaya diri sehingga ia tidak ragu mengucapkan pidatonya.
2. Memiliki pengetahuan yang
luas sehingga ia mampu menguasai materi yang akan disampaikanya.
3. Memilki perbendaharaan kata
yang cukup sehingga ia mampu mengucapkan pidatonya dengan lancar dan
meyakinkan.
4. Melakukan latihan dengan
intensif.
Berpidato di depan massa tentu
saja memiliki tatakrama. Tatakrama itu adalah sebagai berikut:
1. Berpakaianlah dengan rapi dan
bersih, hindari bergaya pamer dangan memakai perhiasan yang berlebihan.
2. Gunakanlah kata-kata yang
sopan, jangan mengesankan keangkuhan, dan kesombongan,timbulkanlah kesan rendah
hati.
3. Selingilah pidato dengan
humor yang segar dan sopan bila ternyata panjang.
4. Jika berpidato di depan
pemeluk agama yang beragama, usahakanlah jangan sampai menyinggung martabat
suatu agama.
5. Jika pendengar pidato itu
masyarakat desa orang yang kurang berpendidikan, gunakan kata-kata atau kalimat
yang sederhana sehingga pidato itu mudah di pahami.
PIDATO YANG BAIK TENTU SAJA
MEMILIKI SISTEMATIKA YANG BAIK PULA.
Secara garis besar, sistematika
pidato itu adalah:
1. Mengucapkan salam pembuka dan
menyapa hadirin.
2. Menyampaikan pendahuluan yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk ucapan terima kasih, ungkapan kegembiraan,
atau rasa syukur
3. Menyampaikan isi pidato yang
diucapkan dengan jelas dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dengan gaya bahasa yang menarik.
4. Menyampaikan kesimpulan isi
pidato agar mudah diingat oleh pendengar.
5. Menyampaikan harapan yang
berisi anjuran atau ajakan agar pendengar melaksanakan isi pidato.
6. Menyampaikan salam penutup.
Cara atau metode yang dapat
digunakan pada waktu berpidato ada 4 macam, yaitu:
1. Metoda Naskah
Berpidato dengan menggunakan
metoda ini berarti berpidato dengan melihat teks pidato yang disusun secara
utuh. Metoda ini biasanya digunakan dalam pidato radio, televisi, dan pidato
resmi. Metoda ini memiliki kelemahan, yaitu putusnya kontak antara pendengar
dan pembicara karena pembicara asyik dengan teks yang dibicarakan.
2. Metoda Menghafal
Berpidato dengan menggunakan
metoda ini berarti pembicara berpidato berdasarkan naskah yang telah
dihafalnya. Metoda ini memiliki kelemahan, yaitu pembicara cenderung berbicara
cepat-cepat dan tidak menghayati maknanya. Selain itu juga menyulitkan
pembicara menyesuaikan diri dengan reaksi pendengarnya.
3. Metoda Impromptu (serta
merta)
Berpidato dengan menggunakan
metoda ini berarti berbicara tanpa persiapan sama sekali. Pembicara berbicara
berdasarkan kemampuan dan pengetahaunnya dan dikaitkannya dengan situasi dan
kepentingan saat itu. Kesanggupan berpidato seperti ini sangat berguna dalam
keadaan terdesak atau terpaksa.
4. Metoda Ekstemporan (Tanpa
Persiapan Naskah)
Berpidato dengan menggunakan
metoda ini berarti berpidato denga lebih dulu merencanakan dengan cermat
catatan-catatan penting sekaligus urutan uraiannya. Kata-kata dan kalimatnya
disusun pembicara pada saat ia berpidato. Ia hanya melihat urutan uraian yang
telah dipersiapkan itu, jika dibandingkan ternyata bahwa diantara keempat
metoda ini, metoda ekstermporanlah yang lebih menguntungkan karena memungkinkan
pembicara berpidato seluas mungkin dengan tidak kehilangan urutan-urutan
pembicaraan yang telah direncanakannya.
MEMIMPIN RAPAT
Dalam suatu organisasi tidak
jarang muncul masalah yang perlu diatasi. Masalah-masalah itu terkadang
memiliki lebih dari satu pemecahan sehingga harus dipilih cara mana yang lebih
baik. Oleh sebab itu, cara yang dapat ditempuh dalam hal ini adalah mengadakan
permusyawaratan atau biasa disebut rapat.
Rapat yang biasa digunakan dalam
suatu organisasi terdiri dari ketua rapat, notulis (sekretaris), dan anggota
atau peserta. Kadang-kadang ada juga komponen ‘narasumber’ atau ‘pengarah’
(orang yang memberikan arahan). Semua komponen ingin memilki tugas
masing-masing.
PENYELENGGARAAN RAPAT BIASANYA
MELALUI TAHAP-TAHAP BERIKUT:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini pemimpin rapat
hendaknya melakukan hal-hal berikut:
a. menentukan masalah apa yang
akan dibicarakan
b. mengumpulkan sejumlah data,
informasi mengenai masalah itu
c. menentukan tujuan yang akan
dicapai
d. menyusun rapat.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini pemimpin rapat
hendaklah melakukan hal-hal sebagai berikut.
a. membuka rapat antara lain
mengucapkan terima kasih kepada peserta yang hadir
b. menunjuk salah seorang
peserta untuk menjadi notulis
c. mengemukakan topik rapat itu
dengan disertai penjelasan singkat mengenai topik itu
d. menyediakan daftar hadir
peserta
e. menyampaikan susunan acara
dan meminta pertimbangan peserta terhadap susunan acara yang ditawarkannya itu
f. memberikan orientasi mengenai
topik rapat itu satu persatu sesuai dengan susunan acara yang disepakati
g. mengemukakan data atau fakta
mengenai topik itu untuk merangsang pendapat peserta
h. memberi kesempatan kepada
peserta untuk menanggapi topik itu
i. mempertimbangkan semua
masukan yang diberikan peserta
Dalam hal ini pemimpin rapat
hendaklah membuat kesimpulan singkat mengenai pendapat para peserta dan
dilontarkan pada sidang untuk dipertimbangkan. Pada tahap ini pimpinan rapat
harus konsekuen dengan acara yang telah disepakati. Oleh sebab itu, jika ada
peserta yang membicarakan sesuatu yang menyimpang dari topik utama pimpinan
rapat berwenang menegur dan mengembalikan pembicaraan pada topik semula. Jika
tidak demikian, rapat itu akan berjalan lamban dan tidak akan menghasilkan
kesimpulan/keputusan yang diharapkan.
3. Tahap Perumusan
Apabila dipandang bahwa kesepakatan
telah ditemukan pimpinan rapat dapat merumuskan kesimpulan rapat itu (biasa
disebut keputusan rapat). Pimpinan rapat harus berhati-hati oleh sebab itu,
semua keputusan yang diambil hendaklah atas dasar persetujuan seluruh peserta.
Keputusan itu dapat berupa tindakan apa yang direncanakan, siapa yang
melaksanakannya, kapan dilaksanakan dan lain-lain.
PENUTUP
Berbicara merupakan suatu
keterampilan oleh sebab itu, ia harus terus dilatih dan dikembangkan. Seseorang
pembicara selalu dituntut untuk selalu belajar dan berlatih, tanpa belajar dan
berlatih keterampilannya sulit untuk dikembangkan.
No comments:
Post a Comment