Ada
yang menggelitik pagi ini, dengan penampilan baru dan suasana baru. Dingin memang
dingin di banding dengan hari biasanya. Suasana komplek 278 pun lebih terasa
dinikmati, warga yang bergerumun baik pria ataupun wanitanya. Tak jarang juga
nampak anak-anak kecil dengan sepeda balapnya.
Namun
muncul teriakan dari salah satu rumah yang letaknya agak di sebelah pojok.
“Buocuorrrrrrrr.....”
Sontak
saja, para warga bergegas untuk berkerumun untuk mencari tahu apa yang
sebenarnya terjadi pagi ini?
“Ada
apa bu? Kok kencang banget teriakannya sampai warga pada kaget!”
Sang
ibu malah tambah bingung dengan
kedatangan warga pagi ini dan ia menjelaskan bahwa, disudut ruangannya telah
terjadi kebocoran dan beberapa barang miliknya telah basah terkena air.
“O...
cuman gara-gara kebocororan...”, sahut ibu lainnya.
Beberapa
spekulasipun bermunculan di kalangan warga kala itu, ada yang menyebutkan bahwa
itu adalah dampak karena pemilik ingin ruangannya dingin dan dikabulkan oleh Tuhan
melalui kebocoran. Bahkan adapula yang menyatakan memang bangunan sudah lama
dan perlu perbaikan.
Kejadian
pagi seakan menjadi trending topik di kalangan masyarakat. Saking ramainya
pembicaraan itu ada warga yang kurang nyaman dan menganggap tak seharusnya ini
di perbincangkan.
“Hanya
ibu-ibu kompleks sini yang selalu memperbincangkan hal-hal yang tidak penting. Memangnya
tidak ada pembahasan lain selain membahas masalah kebocoran?! Rewes banget c...,”
sahutnya dengan raut agak dingin.
Memang
tak seharusnya para warga kompleks tak berbuat demikian terutama ibu-ibu. Sebab
ini akan menjadikan salah satu pamor dan predikat ibu-ibu kompleks di sematkan
pada orang yang berbuat sama. Padahal itu hanya terjadi di kompleks 278.
Kompleks
278, 25 februari 2016