“Jihat
di jalan Allah sangatlah di anjurkan, tetapi mati di jalan Tamrin dengan
mengatasnamakan jihat adalah tindakan konyol”, tandas Kyai Fauzan.
foto sambutan Kyai Fauzan (Ketua MWC NU Wonokerto)
Pekalongan- Pengurus Anak Cabang IPNU-IPPNU Kecamatan Wonokerto
Kabupaten Pekalongan laksanakan Konferensi Anak Cabang (KONFERANCAB) VII di MI
ANNUR Desa Bebel (19/2). Tak kurang 90 peserta hadir dari 10 ranting dalam
hajat akbar dari banom NU ini. Tampak pula pengurus MWC NU, Muslimat NU, Ansor
dan Fatayat.
Kyai
Fauzan (Ketua MWC NU Wonokerto) dalam sambutannya, banyak sekali macam Jihat di
jalan Allah, salahsatunya dengan ngurep-ngurep (menghidupi) ajarannya (agama
islam), IPNU-IPPNU dalam hal ini juga harus bisa mengembangkan ajaran islam
yang berhaluan Ahlussunah Wal Jamaah, karena ini ijuga termasuk jihat
fisabilillah.
“Melalui
Konferensi Anak Cabang, menandakan kepengurusan periode ini telah berakhir dan
akan di gantikan oleh kepengurusan di periode selanjutnya, setidaknya harus ada
langkah-langkah dan strategi yang jitu agar IPNU-IPPNU kepengurusan selanjutnya
tidah mudah terbawa arus bahkan di grogoti oleh aliran diluar kita, sehingga
perlu di ingat bahwa jihat di jalan Allah bukan melalui hal-hal yang
membahayakan kita, tapi justru membawa kearah kebaikan,” tuturnya.
Selain
itu NU juga salahsatu pilar besarnya dan tegaknya NKRI yang mana telah di
dirikan oleh para ulama demi kemaslahatan Bangsa dan Negara, sudah sepatutnya
jika NU harus di perjuangkan sebagai bagian dari Nusantara.
“NU
sebagai salahsatu organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia itu
masih banyak kelemahannya. Salahsatunya orang-orang didalamnya yang belum mau
mengakui bahwa dirinya adalah NU, sifat inilah yang harus kita tanamkan sebagai
warga NU terutama di wilayah Wonokerto,” imbuhnya.
Seecara
terpisah, menurut Adib Ahkami (ketua panitia Konferancab), NU adalah organisasi
besar tapi kebesaran itu harus dilandasi dengan pondasi yang besar pula bagi
generasi selanjutnya.
“IPNU-IPPNU
adalah organisasi banom NU yang anggotanya paling muda, karena itu perlu adanya
penguatan sejak dini agar kelak ketika masuk NU mereka semakin kuat, tapi
fenomena yang terjadi saat ini adalah orangtuanya aktif di NU ataupun banomnya,
tetapi anak-anaknya belum tentu mau ikut IPNU-IPPNU, ini yang harus menjadi
sorotan dan perlu adanya dorongan dari para orangtua untuk mengajak dan
mendidik anak-anaknya untuk sama-sama ngurip-ngurip NU dan mau berorganisasi
dalam wadah IPNU-IPPNU” ungkapnya.
No comments:
Post a Comment