MAKNA DALAM PUISI
Karyasastra merupakan suatu hasil karya yang dibuat oleh seseorang yang bertujuan
untuk dapat di nikmati oleh masyarakat. Karya sastra biasanya menceritakan pengalaman
atau berdasarkan realita maupun berdasarkan imajinasi dari penulis itu sendiri.
Suatu karya sastra dapat dikatakan memiliki nilai sastra bila di dalamnya
terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk dan isi sebuah karya sastra
harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para
pembacanya
Puisi
merupakan bentuk karya sastra ungkapkan perasaan penyair secara realita maupun
imajinasi yang dirangkai dengan kata-kata yang indah. Sebuah puisi memiliki sebuah
makna yang tersirat, sehingga para pembaca merasa penasaran ingin menyelami
arti dari puisi tersebut. Makna itu tidak hanya dilihat dari kata yang ditulis
dalam puisi namun bisa dilihat dari bentuk penulisan atau tipografi puisi
tersebut.
Pada puisi-puisi dibawah ini yang memiliki makna ganda
walaupun ditulis dengan kata yang tidak asing. Misal puisi aku
ingin, pada sebuah bunyi, bulan yang sepotong, dan puisi doa.
Dalam puisi “ aku ingin “ Pengarang pandai
dalam pemilihan kata, karena pada penulisannya hanya ditulis dengan kata-kata
yang sederhana. Sehingga mudah dipahami dan
kata yang ditulis dalam puisi itu tidak asing bagi pembaca. Misal pada baris
satu dan dua:
Aku
ingin mencintaimu dengan sederhana:
Dengan
kata yang tak sempat diucapkan
Pengarang menuliskan syair dalam puisinya
dengan kata-kata yang biasa di unggkapkan oleh seseorang, sehingga lebih mudah
dipahami oleh para pembaca.
AKU INGIN
Aku ingin mencintaimu dengan
sederhana:
Dengan kata yang tak sempat
diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikan
abu
Aku ingin mencintaimu dengan
sederhana:
Dengan isyarat yang tak sempat
disampaikan
Awan kepada hujan yang
menjadikannya tiada
Sapardi
Djoko Damono, ( 1989 )
Dalam
puisi ini pengarang menceritakan sebuah penyesalan yangteramat dalam. Karena
tidak sempat mencurahkan apa yang ingin disampaikan kepada seseorang yang
disayanginya. Hal itu terlihat pada syair
“Kayu
kepada api yang menjadikannya abu, Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada“.
Jika kayu yang
dibakar sudah menjadi abu, maka abu itu
tidak akan bisa menjadi kayu kembali. Hal itu menunjukkan sebuah penyesalan
sebuah kejadian yang telah berlalu dan tidak mungkin bias kembali lagi.
Aku
(Chairil
Anwar)
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Puisi “Aku”
karya Chairil Anwar sebuah hasil karya yang sangat luar biasa, walau
menggunakan kata- kata yang sederhana pula, namun memiliki makna yang mendalam.
Kata “aku ini binatang jalan dari kumpulannya
terbuang” merupakan bentuk kerendahan hati sang penyair. Meski dari
kalangan bawahan yang terpinggirkan, bukan berarti kita harus putus asa dan
minder terhadap sesuatu yan mewah, namun sebaliknya. Kita harus termotifasi dan
terus berjuang.
Namun pada bait “Dan aku akan lebih tidak
perduli, Aku mau hidup seribu tahun lagi”. Terlihat
jelas keangkuhan sang penulis, namun hal itu adalah sebuah motifasi hidup yang
harus dmiliki oleh setiap manusia yang hidup didunia.
Sekilas, puisi ini dapat diartikan sebuah
semangat dalam memperjuangkan sebuah hidup. Meski banyak rintangan dan cobaan,
kita harus selalu berjuang, supanya segala hal yang telah dicita-citakan dapat
tercapai.
Puisi “ pada sebuah bunyi “ memiliki perbedaan dari puisi
yang lain karena dari segi bahasanya hanya menggunakan kata, yaitu “ ting tong”.
Pada Sebuah Bunyi
Ting…
Tong…
Ting…
Tong…
Tong…
Ting…
Ting…
Tong…
Tingtong…
Tong..
Tongting…
( si bendz )
Penulisan
kata ting dan tong ditulis berulang-ulang seperti membentuk irama tersendiri.
Pemilihan kata ini menimbulkan keanehan dan menimbulkan sebuah kebingungan
dalam menentukan makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Misal pada baris
satu sampai tiga:
Ting…
Tong…
Ting…
Kata dalam puisi
itu bisa bermakna bahwa sifat atau watak manusia yang berubah-ubah tanpa henti.
Penulisan
puisi pada baris ke sembilan sampai sebelas juga unik, karena penulisan puisi
sebelumnya ditulis dengan satu kata. Namun sedikit mengalami perubahan bentuk,
yaitu penggabungan kata :
Tingtong…
Tong..
Tongting…
Penggabungan
kata yang menjadi satu tersebut dapat bermakna bahwa dalam sifat baik dan buruk
manusia bisa selaras atau seimbang dan kadang bisa itdak seimbang lalu kembali
seimbang lagi. Penggambaran itu terlihat dalam penulisan puisi tersebut.
Pengarang sengaja menuliskan puisi seperti
itu agar pembaca bisa mencari makna yang terkandung dalam puisi unik tersebut. Bagai
memecahkan sebuah masalah yang rumit/ teka-teki yang membutuhkan pemahaman dan
penalaran yang tinggi.
Dari pembahasan
puisi diatas dapat disimpulkan bahwa setiap karya sastra memiliki sebuah
perbedaan dari berbagai sudut pandang, namun perbedaa itu memiliki sebuah makna
atau pesan yang terkandung didalam sebuah karya sastra tersebut. Kita selaku pembaca, sudah
selayaknya untuk bias mengambil semua hikma dan dapat memberikan penilaian pada
sebuah puisi atau karya sastra yan lain. Guna, menambah pengetahuan kita dalam
bidang sastra.
No comments:
Post a Comment