Legenda Rama-Shinta termuat dalam
Ramayana, sebuah epos bertema cinta yang berasal dari India. “Ramayana” sendiri
berarti “Perjalanan/ Petualangan Rama” (Sansekerta). Ramayana memiliki banyak
sekali versi, berikut ini dipilih versi yang tidak populer karena tidak
berujung bahagia.
Tersebutlah Dasarata, raja Kosala yang
berpusat di kota Ayodya. Walaupun memiliki tiga orang istri Dasarata belum juga
dikaruniai keturunan. Kkhawatir tidak memiliki penerus Dasarata mempersembahkan
upacara bagi para dewa, upacara yang disebut Putra-Kameshti Yagna.
Upacara tersebut diterima oleh para Dewa dan
lahirlah putra-putra Dasarata :
Dewi Kausalya, istrinya yang pertama melahirkan putra tertua, Rama.
Dewi Kausalya, istrinya yang pertama melahirkan putra tertua, Rama.
Dewi Kaikeyi, istrinya yang kedua melahirkan anak
kedua, Bharata.
Dewi Sumitra, istrinya yang ketiga melahirkan putra
kembar, Laksmana dan Satrugna.
Sesungguhnya Rama adalah titisan dewa
Wisnu. Dewa Wisnu terlahir ke dunia menjadi manusia dengan tujuan menghalau
Rahwana, raja raksasa yang telah menyinggung para Dewa dan hanya bisa
dikalahkan oleh manusia. Rahwana digambarkan memiliki 10 kepala dan 20 lengan.
Nama-nama lain dari Rahwana adalah Dasamuka (10 kepala), Dasagriwa (10 leher),
dan Dasakanta (10 tenggorokan).
Singkat cerita, keempat pangeran Ayodya
tumbuh menjadi putera yang gagah dan terampil memanah di bawah bimbingan Resi
Wasista. Pada suatu hari di sebuah kerajaan bernama Mitila, raja Janaka
menemukan seorang bayi perempuan yang kemudian diberinya nama Sinta. Saking
senangnya, Raja Janaka menganggap bayi tersebut sebagai "Anugerah dari
dewata". Sinta tumbuh menjadi seorang putri yang cantik jelita dan
dikagumi oleh banyak pria. Raja Janaka kemudian mengadakan sayembara untuk
memilih calon suami bagi putrinya. Barang siapa mampu mengangkat dan menekuk
busur dewa Syiwa milik raja Janaka akan dapat memperistri Shinta. Tak seorang
pun yang mampu, kecuali Rama. Rama tidak hanya dapat menekuk busur tersebut, ia
bahkan mematahkannya menjadi tiga bagian.
Pernikahan antara Rama dan Shinta pun
digelar dengan meriah, usai pernikahan Rama memboyong Shinta ke Ayodya. 12
tahun kemudian, Raja Dasarata yang sudah tua menyatakan keinginannya untuk
mengangkat Rama menjadi raja menggantikan dirinya. Keputusan ini disambut
dengan gembira oleh seisi Kosala kecuali Kaikeyi, istri kedua Dasarata. Dihasut
oleh dayangnya yang jahat, Manthara, Kaikeyi tiba-tiba berambisi mengangkat
putra kandungnya, Bharata, sebagai raja. Bharata sendiri ketika itu sedang
berada di luar Kosala.
Kaikeyi kemudian menagih janji Dasarata
ketika Kaikeyi menyelamatkan Dasarata di waktu perang. Ketika itu sebagai tanda
terimakasih Dasarata berjanji akan mengabulkan dua permintaan Kaikeyi. Kaikeyi
lalu meminta Dasarata agar menobatkan Bharata menjadi raja. Ia juga meminta
agar Rama dibuang ke tengah hutan Dandaka selama 14 tahun. Walau dengan berat
hati, Dasarata terpaksa mengabulkan permintaan ini.
Dengan patuh Rama pergi bersama Sinta
dan adik kesayangannya, Laksmana, ke hutan Dandaka dan menetap di suatu tempat
yang cantik bernama Citrakuta. Di sana Rama berteman dengan raja burung garuda
bernama Jatayu. Tak kuasa menahan sedih ditinggalkan oleh putranya, Dasarata
pun akhirnya meninggal.
Bharata sangat terkejut ketika
mengetahui penyebab perginya Rama dan mangkatnya Dasarata. Bharata menolak
menjadi raja, ia lalu mengejar Rama ke hutan Dandaka dan memintanya kembali
memerintah di Ayodya. Rama menolak karena terikat janji pada ayahnya. Akhirnya
Bharata membawa pulang sandal milik Rama, dan meletakkannya di singgasana
Ayodya sebagai simbol raja Ayodya yang sesungguhnya, sementara ia memerintah
sebagai wakil Rama.
Suatu hari, datanglah seorang raksasa
wanita bernama Surpanaka, adik Rahwana, raksasa jahat raja negeri Alengka.
Surpanaka yang jatuh cinta pada Rama dan Laksmana berusaha menggoda kakak
beradik tersebut tapi tidak berhasil. Surpanaka pun berang dan melampiaskannya
pada Shinta. Laksmana berusaha melindungi Shinta dengan menebas hidung dan
telinga Surpanaka.
Kakak Surpanaka, Kara, menuntut balas
pada Rama tapi selalu gagal. Ketika mengetahui hal ini, Rahwana turun tangan
dan berjanji akan menghancurkan Rama. Ia lalu berencana menculik Shinta dengan
bantuan raksasa Marica. Marica yang menyamar menjadi seekor kijang emas
berhasil mempesona Shinta. Karena permohonan Shinta, Rama pun mengejar Marica
ke dalam hutan. Setelah beberapa waktu Marica menirukan suara Rama dan
berteriak meminta tolong. Shinta yang khawatir meminta Laksmana mencari Rama.
Sebelum pergi, Laksmana menggambar lingkaran di tanah mengelilingi Shinta dan
melarang Shinta keluar dari lingkaran itu. Sinta akan tetap aman jika berada di
sana.
Setelah Laksmana pergi Rahwana datang
dengan menyamar menjadi seorang pria tua yang memohon Shinta untuk memberinya
makanan. Shinta berhasil diperdaya dan keluar dari lingkaran. Rahwana langsung
menyambar Shinta dan membawanya lari dengan kendaraan udaranya, Puspaka Wimana.
Jatayu berusaha menolong Shinta tapi Rahwana memotong sayap-sayapnya. Shinta
lalu disekap di Alengka di bawah penjagaan para raksasa.
Saat sekarat Jatayu melaporkan
penculikan tersebut. Rama dan Laksmana segera pergi menyelamatkan Shinta. Dalam
perjalanannya mereka melwati kerajaan kera Kishkinda. Disana mereka bertemu
dengan Hanuman, ksatria sakti berwujud kera, dan Sugriwa, raja Kishkinda, yang
dikhianati oleh adik kandungnya dan dibuang. Dengan bantuan Rama Sugriwa
berhasil merebut kembali tahta, sebagai balas budi ia lalu mengirimkan
anak-anak buahnya mencari Shinta. Dari Sampati, seekor burung garuda yang juga
merupakan saudara Jatayu, Rama mengetahui bahwa Shinta berada di Alengka.
Sugriwa segera mengutus tentaranya
menyelamatkan Shinta di Alengka, hanya saja mereka dihalangi oleh lautan.
Hanuman, lalu membesarkan tubuhnya sehingga dia bisa menyeberangi lautan dan
tiba di Alengka hanya dengan satu langkah saja. Di Alengka, dia kemudian
memata-matai Rahwana dan akhirnya menemukan Sinta duduk di hutan Asoka dan
dijaga oleh raksasa. Hanoman menenangkan Shinta dan menunjukkan cincin Rama
sebagai bukti bahwa dia adalah utusan Rama. Hanoman juga menawarkan mengantar
Shinta pada Rama, tapi Shinta menolak karena tidak mau disentuh oleh pria lain
selain suaminya. Shinta berpesan agar Rama datang sendiri dan menjemput
dirinya.
Hanoman, dalam usahanya agar
dipertemukan dengan Rahwana, sengaja membuat keributan di Alengka. Setelah
dipertemukan Hanoman menguliahi Rahwana untuk membebaskan Shinta. Rahwana
menyuruh anak buahnya membakar ekor Hanoman, tapi Hanoman berhasil lepas dan
dengan ekornya yang berkobar api ia membakar kerajaan Rahwana dan kabur kembali
ke Kishkinda.
Mendengar kabar dari Hanoman, Rama dan
Laksmana bersama dengan pasukan kera dari Kishkinda segera melanjutkan
perjalanan ke selatan. Disana Rama dibantu oleh Wibisana, saudara Rahwana yang
baik hati. Agar dapat menyeberangi lautan, pasukan kera mendirikan sebuah
jembatan yang dikenal sebagai "Jembatan Rama".
Perang besar akhirnya terjadi dan
diakhiri dengan duel antara Rama dan Rahwana. Pada awalnya Rama kesulitan
membunuh Rahwana karena setiap dia memanah putus kepala Rahwana, kepala itu
tumbuh kembali. Wibisana akhirnya memberitahukan rahasia kelemahan Rahwana,
yaitu pusarnya, yang mengandung “amrit”, suatu zat yang memungkinkan regenerasi
kepala Rahwana. Akhirnya, Rama berhasil membunuh Rahwana dengan senjata dari
Brahma, Bramhastra. Rahwana pun akhirnya mati dan Wibisana diangkat menjadi
Raja Alengka.
Ketika bertemu kembali dengan Shinta,
Rama meminta Shinta menjalani Ujian Api untuk membuktikan kesuciannya karena
Sinta sudah tinggal di istana Rahwana. Tanpa rasa takut Shinta terjun ke dalam
api, dan Agni, Dewa Api, menggendongnya kembali keluar dari api sebagai jawaban
dari ujian api tersebut. Berhasil membuktikan kesuciannya, Rama menerima Shinta
kembali.
Mereka berdua pun meneruskan pengasingan
di hutan Dandaka dan setelah masa pengasingan selesai mereka kembali ke Ayodya
dan memerintah di sana. Lama setelahnya, Ayodya tertimpa bencana kelaparan dan
masyarakat menuduh bahwa ‘ketidaksucian’ Sinta karena masa tinggalnya di tempat
Rahwana menjadi penyebab kemarahan para dewa.
Akhirnya Rama mengusir Shinta yang
tengah hamil pergi ke hutan Dandaka. Di sana Shinta tinggal di pondok Resi
Walmiki dan melahirkan bayi kembar, Lawa dan Kusha, yang kemudian mejadi murid
resi Walmiki dan dibesarkan tanpa mengetahui identitas mereka.
Resi Walmiki kemudian menuliskan kisah
Ramayana dan mengajarkannya pada Lawa dan Kusha. Di kemudian hari, ketika Lawa
dan Kusha dewasa, Rama mengadakan sebuah upacara, ketika itu Lawa dan Kusha
menyanyikan kisah Ramayana di depan Rama. Ketika sampai pada bagian pembuangan
Shinta ke Dandaka, Rama menjadi sedih, pada saat itulah ia melihat Shinta.
Shinta, yang cintanya sudah habis
termakan sakit hati dan kekecewaan kemudian memohon pada bumi untuk menelannya
saja. Bumi terbuka, membawa Sinta bersamanya, meninggalkan Rama yang menangis
penuh penyesalan. Akhirnya Rama mengetahui bahwa Lawa dan Kusha adalah
anak-anaknya. Tak lama kemudian, datanglah pesan dari Dewa yang mengatakan pada
Rama bahwa misinya di dunia telah selesai, dan Rama kembali ke kahyangan.
No comments:
Post a Comment