Thursday, March 19, 2015

Kisah Cinta Rama & Shinta



Legenda Rama-Shinta termuat dalam Ramayana, sebuah epos bertema cinta yang berasal dari India. “Ramayana” sendiri berarti “Perjalanan/ Petualangan Rama” (Sansekerta). Ramayana memiliki banyak sekali versi, berikut ini dipilih versi yang tidak populer karena tidak berujung bahagia.
Tersebutlah Dasarata, raja Kosala yang berpusat di kota Ayodya. Walaupun memiliki tiga orang istri Dasarata belum juga dikaruniai keturunan. Kkhawatir tidak memiliki penerus Dasarata mempersembahkan upacara bagi para dewa, upacara yang disebut Putra-Kameshti Yagna.
Upacara tersebut diterima oleh para Dewa dan lahirlah putra-putra Dasarata :
Dewi Kausalya, istrinya yang pertama melahirkan putra tertua, Rama.
Dewi Kaikeyi, istrinya yang kedua melahirkan anak kedua, Bharata.
Dewi Sumitra, istrinya yang ketiga melahirkan putra kembar, Laksmana dan Satrugna.
Sesungguhnya Rama adalah titisan dewa Wisnu. Dewa Wisnu terlahir ke dunia menjadi manusia dengan tujuan menghalau Rahwana, raja raksasa yang telah menyinggung para Dewa dan hanya bisa dikalahkan oleh manusia. Rahwana digambarkan memiliki 10 kepala dan 20 lengan. Nama-nama lain dari Rahwana adalah Dasamuka (10 kepala), Dasagriwa (10 leher), dan Dasakanta (10 tenggorokan).
Singkat cerita, keempat pangeran Ayodya tumbuh menjadi putera yang gagah dan terampil memanah di bawah bimbingan Resi Wasista. Pada suatu hari di sebuah kerajaan bernama Mitila, raja Janaka menemukan seorang bayi perempuan yang kemudian diberinya nama Sinta. Saking senangnya, Raja Janaka menganggap bayi tersebut sebagai "Anugerah dari dewata". Sinta tumbuh menjadi seorang putri yang cantik jelita dan dikagumi oleh banyak pria. Raja Janaka kemudian mengadakan sayembara untuk memilih calon suami bagi putrinya. Barang siapa mampu mengangkat dan menekuk busur dewa Syiwa milik raja Janaka akan dapat memperistri Shinta. Tak seorang pun yang mampu, kecuali Rama. Rama tidak hanya dapat menekuk busur tersebut, ia bahkan mematahkannya menjadi tiga bagian.
Pernikahan antara Rama dan Shinta pun digelar dengan meriah, usai pernikahan Rama memboyong Shinta ke Ayodya. 12 tahun kemudian, Raja Dasarata yang sudah tua menyatakan keinginannya untuk mengangkat Rama menjadi raja menggantikan dirinya. Keputusan ini disambut dengan gembira oleh seisi Kosala kecuali Kaikeyi, istri kedua Dasarata. Dihasut oleh dayangnya yang jahat, Manthara, Kaikeyi tiba-tiba berambisi mengangkat putra kandungnya, Bharata, sebagai raja. Bharata sendiri ketika itu sedang berada di luar Kosala.
Kaikeyi kemudian menagih janji Dasarata ketika Kaikeyi menyelamatkan Dasarata di waktu perang. Ketika itu sebagai tanda terimakasih Dasarata berjanji akan mengabulkan dua permintaan Kaikeyi. Kaikeyi lalu meminta Dasarata agar menobatkan Bharata menjadi raja. Ia juga meminta agar Rama dibuang ke tengah hutan Dandaka selama 14 tahun. Walau dengan berat hati, Dasarata terpaksa mengabulkan permintaan ini.
Dengan patuh Rama pergi bersama Sinta dan adik kesayangannya, Laksmana, ke hutan Dandaka dan menetap di suatu tempat yang cantik bernama Citrakuta. Di sana Rama berteman dengan raja burung garuda bernama Jatayu. Tak kuasa menahan sedih ditinggalkan oleh putranya, Dasarata pun akhirnya meninggal.
Bharata sangat terkejut ketika mengetahui penyebab perginya Rama dan mangkatnya Dasarata. Bharata menolak menjadi raja, ia lalu mengejar Rama ke hutan Dandaka dan memintanya kembali memerintah di Ayodya. Rama menolak karena terikat janji pada ayahnya. Akhirnya Bharata membawa pulang sandal milik Rama, dan meletakkannya di singgasana Ayodya sebagai simbol raja Ayodya yang sesungguhnya, sementara ia memerintah sebagai wakil Rama.
Suatu hari, datanglah seorang raksasa wanita bernama Surpanaka, adik Rahwana, raksasa jahat raja negeri Alengka. Surpanaka yang jatuh cinta pada Rama dan Laksmana berusaha menggoda kakak beradik tersebut tapi tidak berhasil. Surpanaka pun berang dan melampiaskannya pada Shinta. Laksmana berusaha melindungi Shinta dengan menebas hidung dan telinga Surpanaka.
Kakak Surpanaka, Kara, menuntut balas pada Rama tapi selalu gagal. Ketika mengetahui hal ini, Rahwana turun tangan dan berjanji akan menghancurkan Rama. Ia lalu berencana menculik Shinta dengan bantuan raksasa Marica. Marica yang menyamar menjadi seekor kijang emas berhasil mempesona Shinta. Karena permohonan Shinta, Rama pun mengejar Marica ke dalam hutan. Setelah beberapa waktu Marica menirukan suara Rama dan berteriak meminta tolong. Shinta yang khawatir meminta Laksmana mencari Rama. Sebelum pergi, Laksmana menggambar lingkaran di tanah mengelilingi Shinta dan melarang Shinta keluar dari lingkaran itu. Sinta akan tetap aman jika berada di sana.
Setelah Laksmana pergi Rahwana datang dengan menyamar menjadi seorang pria tua yang memohon Shinta untuk memberinya makanan. Shinta berhasil diperdaya dan keluar dari lingkaran. Rahwana langsung menyambar Shinta dan membawanya lari dengan kendaraan udaranya, Puspaka Wimana. Jatayu berusaha menolong Shinta tapi Rahwana memotong sayap-sayapnya. Shinta lalu disekap di Alengka di bawah penjagaan para raksasa.
Saat sekarat Jatayu melaporkan penculikan tersebut. Rama dan Laksmana segera pergi menyelamatkan Shinta. Dalam perjalanannya mereka melwati kerajaan kera Kishkinda. Disana mereka bertemu dengan Hanuman, ksatria sakti berwujud kera, dan Sugriwa, raja Kishkinda, yang dikhianati oleh adik kandungnya dan dibuang. Dengan bantuan Rama Sugriwa berhasil merebut kembali tahta, sebagai balas budi ia lalu mengirimkan anak-anak buahnya mencari Shinta. Dari Sampati, seekor burung garuda yang juga merupakan saudara Jatayu, Rama mengetahui bahwa Shinta berada di Alengka.
Sugriwa segera mengutus tentaranya menyelamatkan Shinta di Alengka, hanya saja mereka dihalangi oleh lautan. Hanuman, lalu membesarkan tubuhnya sehingga dia bisa menyeberangi lautan dan tiba di Alengka hanya dengan satu langkah saja. Di Alengka, dia kemudian memata-matai Rahwana dan akhirnya menemukan Sinta duduk di hutan Asoka dan dijaga oleh raksasa. Hanoman menenangkan Shinta dan menunjukkan cincin Rama sebagai bukti bahwa dia adalah utusan Rama. Hanoman juga menawarkan mengantar Shinta pada Rama, tapi Shinta menolak karena tidak mau disentuh oleh pria lain selain suaminya. Shinta berpesan agar Rama datang sendiri dan menjemput dirinya.
Hanoman, dalam usahanya agar dipertemukan dengan Rahwana, sengaja membuat keributan di Alengka. Setelah dipertemukan Hanoman menguliahi Rahwana untuk membebaskan Shinta. Rahwana menyuruh anak buahnya membakar ekor Hanoman, tapi Hanoman berhasil lepas dan dengan ekornya yang berkobar api ia membakar kerajaan Rahwana dan kabur kembali ke Kishkinda.
Mendengar kabar dari Hanoman, Rama dan Laksmana bersama dengan pasukan kera dari Kishkinda segera melanjutkan perjalanan ke selatan. Disana Rama dibantu oleh Wibisana, saudara Rahwana yang baik hati. Agar dapat menyeberangi lautan, pasukan kera mendirikan sebuah jembatan yang dikenal sebagai "Jembatan Rama".
Perang besar akhirnya terjadi dan diakhiri dengan duel antara Rama dan Rahwana. Pada awalnya Rama kesulitan membunuh Rahwana karena setiap dia memanah putus kepala Rahwana, kepala itu tumbuh kembali. Wibisana akhirnya memberitahukan rahasia kelemahan Rahwana, yaitu pusarnya, yang mengandung “amrit”, suatu zat yang memungkinkan regenerasi kepala Rahwana. Akhirnya, Rama berhasil membunuh Rahwana dengan senjata dari Brahma, Bramhastra. Rahwana pun akhirnya mati dan Wibisana diangkat menjadi Raja Alengka.
Ketika bertemu kembali dengan Shinta, Rama meminta Shinta menjalani Ujian Api untuk membuktikan kesuciannya karena Sinta sudah tinggal di istana Rahwana. Tanpa rasa takut Shinta terjun ke dalam api, dan Agni, Dewa Api, menggendongnya kembali keluar dari api sebagai jawaban dari ujian api tersebut. Berhasil membuktikan kesuciannya, Rama menerima Shinta kembali.
Mereka berdua pun meneruskan pengasingan di hutan Dandaka dan setelah masa pengasingan selesai mereka kembali ke Ayodya dan memerintah di sana. Lama setelahnya, Ayodya tertimpa bencana kelaparan dan masyarakat menuduh bahwa ‘ketidaksucian’ Sinta karena masa tinggalnya di tempat Rahwana menjadi penyebab kemarahan para dewa.
Akhirnya Rama mengusir Shinta yang tengah hamil pergi ke hutan Dandaka. Di sana Shinta tinggal di pondok Resi Walmiki dan melahirkan bayi kembar, Lawa dan Kusha, yang kemudian mejadi murid resi Walmiki dan dibesarkan tanpa mengetahui identitas mereka.
Resi Walmiki kemudian menuliskan kisah Ramayana dan mengajarkannya pada Lawa dan Kusha. Di kemudian hari, ketika Lawa dan Kusha dewasa, Rama mengadakan sebuah upacara, ketika itu Lawa dan Kusha menyanyikan kisah Ramayana di depan Rama. Ketika sampai pada bagian pembuangan Shinta ke Dandaka, Rama menjadi sedih, pada saat itulah ia melihat Shinta.
Shinta, yang cintanya sudah habis termakan sakit hati dan kekecewaan kemudian memohon pada bumi untuk menelannya saja. Bumi terbuka, membawa Sinta bersamanya, meninggalkan Rama yang menangis penuh penyesalan. Akhirnya Rama mengetahui bahwa Lawa dan Kusha adalah anak-anaknya. Tak lama kemudian, datanglah pesan dari Dewa yang mengatakan pada Rama bahwa misinya di dunia telah selesai, dan Rama kembali ke kahyangan.

No comments:

Post a Comment

JOGO TONGGO (GOTONG ROYONG SAK LAWASE)

Pada kesempatan kali ini kita akan sedikit membahas program Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam menangani Covid-19, yaitu p...