Makna sebuah kata secara sinkronis data berubah
menyiratkan pula pegertian bahwa tidak setiap tata maknanya harus atau berubah
secara diakronis. Makna kata dapat pula berbah berdasarkan sebab, berikut ini beberapa sebab perubahan wujud atau
macam.
A.
Perubahan
makna dari bahasa daerah ke bahasa indonesia
Perbuhan
tatanan bahasa
yang di mulai atau di transisikan
dari daerah lokal menjadi bahasa nasional, kita mengetahui bahasa Indonesia
terdapat tiga kelompok, yaitu bahasa daerah, bahasa indonesia, dan bahasa
asing. Perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa indonesia misalnya kata
seni.
Seni dalam KBBI bermakna ganda yaitu
1
keahlian membuat karya
yang bermutu tinggi.
2
karya yang diciptakan
dengan keahlian yang luar biasa.
Namun bagi masyarakat Melayu kata
seni dihubungkan dengan air seni yang berarti air kencing, dalam bahasa melayu
mengalami perubahan makna, sebab dalam bahasa indonesia seni dihubungkan dengan
seni musik, seni lukis, seni tari yang lebih kepada hasil karya yang bemutu
tinggi.
Contoh lain adalah kata butuh,
dalam masyarakat Palembang, kata butuh bermakna sebagai alat kelamin laki-laki.
Namun dalam bahasa indonesia kata butuh berarti diperlukan. Begitu juga dengan
kata tele, dalam masyarakat Gorontalo tele bermakna alat kelamin perempuan.
Sedangkan dalam bahasa indonesia dikenal kata bertele-tele, yang bermakna
berlama-lama. Dari contoh tersebut ada perubahan dari bahsa daerah ke bahasa
indonesia. Makna dari bahasa daerah bermakna X, tetapi dalam bahasa indonesia
bermakna Y. Dalam hal ini masyarakat indonesia tidak merasa geli ketika memakai
kata itu sebab ia tidak mengetahui maksud asal.
B.
Perubahan
makna akibat perubahan lingkungan
Lingkungan masyarakat sebagai pengaruh terbesar dari perubahan makna.
Masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna. Bahasa yang
digunakan dalam masyarakat tertentu belum tentu maknanya sama dengan masyarakat yang lain. Misalnya kata
cetak. Perhatikan contoh berikut :
1.
Buku itu dicetak di
Rineka Cipta, Jakarta.
2. Cetakan
batu bata itu besar-besar
3. Pemerintah
menggiatkan pencetakan sawah baru bagi petani.
4. Ali
mencetak lima gol dalam pertandingan itu.
Leksem cetak pada contoh diatas
memperlihatkan makna yang berbeda karena lingkungan yang berbeda. Dengan kata
lain, makna berubah jika terjadi lingkungan pemakaian. Contoh lain yaitu kata
sumber, salin, langganan, operasi, dll.
C.
Perbedaan
tanggapan indra
Setiap unsur leksikal atau kata
sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun
karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan dimasyarakat, maka
banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa yang “rendah”, kurang menyenangkan.
Disamping itu ada juga yang menjadi memiliki nilai rasa yang “tinggi” atau
mengenakan.Kata-kata yang nilainya rendah ini lazim disebut peyoratif,
sedangkan yang nilainya naik menjadi tinggi disebut amelioratif.Misalnya kata
bini dengan istri.Bini lebih dianggap peyoratif, sedangkan istri dianggap
amelioratif. Begitu juga dengan kata bang dan bung, jamban dan kakus atau WC.
Pertukaran tanggapan indra pada
perubahan makna ini yaitu pertukaran tanggapan antara indara yang satu dengan
yang lain. Misalnya pada alat indra lidah kita dapat menangkap rasa pahit,
manis, asin, pedas. Pada kulit kita bisa merasakan rasa dingin, panas, dan
sejuk.begitu pula yang berkenaan dengan cahaya seperti gelap, terang,
remang-remang akan ditangkap oleh indera penglihatan (mata). Dalam kasus ini
sering terjadi pertukaran yang seharusnya ditanggap oleh indra perasa pada
lidah, ditukar menjadi indra pendengaran. Contoh :
1. kata-katanya
pedas sekali.
2. Suaranya
sedap didengar
3. Warnanya
enak dipandang
D.
Perubahan
makna akibat gabungan kata
Perubahan makna akibat gabungan
leksem atau kata kita bisa ambil contohnya yaitu pada kata surat. Kata surat
ternyata dapat digabungkan dengan kata yang lain dan tentu maknanya akan
berubah. Kita mengenal dengan surat jalan, surat jual beli, surat kaleng, surat
keterangan, surat perintah, surat sakit, dan surat permohonan.
E.
Perbedaan
Bidang Pemakaian
Dalam setiap bidang kehidupan atau
kegiatan memiliki kosa kata tersndiri yang hanya dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang
tersebut.Contoh dalam bidang kesehatan ada kata – kata dokter , suster, perawat
, apotik, obat, opnam diagnosa, infus, koma,penyakit, rumah sakit , pasien.
Dalam bidang olah raga ada kata – kata alit, renang, berlari , melempar, senam
lantai, erobik, fitnes, bulu tangkis, sepak
bola, Voli, basket, melompat ,
F.
Adanya
Asosiasi
Kata – kata yan digunakan diluar
bidangnya,seperti yang sudah dibicarakan diatas masih behubungan maknanan
dengan makna yang diguakan dalam bidang asalnya. Ada perbedaan dengan perubahan
aknayan terjadi sebagai akbat penggunaan dalam bidang yang lain,disini makna baru yang muncul
adalah bekaitan dengan hal/ peristiwa yang lain yan berkeaan dengan kata
tersebut.Contoh asosiasi antara dompet dengan uang inidimaksud adalah isinya
yaitu uang,Contoh lain ada pula asosiasi yang berkanaan dengan waktu,
misalnya perayaan 21 april maksudnya tentu perayaan hari kartini. Karena hari kartini jatuh pada
tanggal 21 april. Dengan kata lain di sini yang disebut waktunya, namun yang di
maksud ialah peristiwanya.
Ada pula perbedaan makna akibat
asosiasi yang berkenaan dengan tempat, contoh ayo kita bertamasya ke curug
ceheng. Maksud dari kata curug ceheng, adalah mengasosiasikan tempat yang ada
di desa ceheng.
Jenis- jenisnya
a)
Makna konotatif
Makna konotatif
adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan
makna denotasi yang mengalami penambahan.
b)
Makna stilistik
Makna stilistika
ini berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan adanya perbedaan
sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat.
c)
Makna afektif
Makna afektif
adalah makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara
atau terhadap objek yang dibicarakan
d)
Makna refleksi
Makna refleksi
adalah makna yang muncul oleh penutur pada saat merespon apa yang dia lihat.
e)
Makna kolokatif
Makna kolokatif adalah
makna yang berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimliki sebuah kata
dari sejumlah kata-kata yang bersinonim, sehingga kata tersebut hanya cocok
untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya.
G.
Ambiguitas
Ketaksaan
/ ambiguitas adalah sebuah kata tertentu dipakai dalam dua makna, sementara
makna ujaran secara keseluruhan tetap tak terpengaruh.
1. Ketaksaan
leksikal
Adalah
Kegandaan makna karena ditimbulkan adanya butir-butir leksikal yang memiliki makna
ganda baik karena penerapan pemakaian maupun hal-hal yang bersifat leksidental.
Contoh
berdasarkan penerapan pemakaian:
a.
Siang hari jalan Malioboro sangat ramai.
b.
Corak kain yang dipakainya sangat ramai.
c.
Pak guru memarahi siswa kelas V yang ramai
dikelas.
Kata
ramai pada contoh (a) berarti penuh dengan kendaraan.Sedang ramai pada contoh
(b) berarti penuh dengan hiasan.Sedangkan ramai pada contoh (c) bermakna ribut
atau gaduh.
Contoh
berdasarkan Leksidental :
a. Pertandingan
semalam berakhir seri.
b. Saya
sudah menonto film itu sampai seri III.
Kata seri pada kalimat (a) bermakna imbang,
sedangkan pada kalimat (b) bermakna sebagian atau jilid.
2. Ketaksaan
Gramatikal
Adalah
kegandaan makna bentuk-bentuk kebahasan tidak semata-mata disebabkan oleh
ketaksaan makna butir-butir leksikal yang menyusunnya, tetapi juga karena
penggabungan bentuk kebahasaan itu dengan bentuk kebahsaan yang lain.
Ketaksaan
Gramatikal dibagi menjadi
a. Gramatikal
berdasarkan ambiguitas
Ialah ketaksaan yang terbentuk karena proses lingual
menurut sistem bahasa tertentu.
Contoh :
1. Ini
lukisan adik bukan milik saya.
2. Lukisan adik yang
berupa pemandangan ini sangat indah.
3. Lukisan adik
yang dipajang memakai kaca mata hitam.
Kata lukisan adik pada kalimat (1) bermakna
lukisan milik adik, pada kalimat (2) bermakna lukisan yang dibuat oleh adik,
sedangkan pada kalimat (3) bermakna lukisan yang ber objek adik.
b. Gramatikal
berdasarkan frasa
Contoh :
1.
Istri
mentri yang tinggi itu berjalan menuju mimbar
Kata diatas dapat berarti yang tinggi adalah
istrinya bahkan bisa berarti pula mentrinya yang tinggi.
c. Gramatikal
berdasarkan proses morfologi
Contoh :
1. Kita
butuh orang yang berpandangan luas!
2. Ketika
bertemu, mereka berpandangan.
Makna
kata berpandangan pada kalimat (1) yaitu orang yang pintar atau cerdas.Sedangkan
pada kalimat (2) bermakna saling menatap satu samalain.
d. Gramatikal
berdasarkan Idiom
Adalah kegandaan makna berdasarkan gabungan dua kata
atau lebih yanag maknanya tidak dapat diidentifikasi atau ditafsirkan dari
unsur-unsur yang membentuknya.
Contoh :
1. Ia
pergi ke kamar kecil untuk buang
hajat.
2. Paman
mengontrak sebuah kamar kecil
dijakarta.
Makna
kata kamar kecil pada kalimat (1)
berarti toilet, sedangkan pada kalimat (2) bermakna kamar yang ukurannya kecil.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul.
2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta : Rineka Cipta
Chaer, Abdul.
2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta
Wijaya,
Dewa Putu & Mohamad Rohadi. 2011.Semantik
:Teori dan Analisis. Purwakarta: Yuma Pustaka.
Pateda,
Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment