Tuesday, March 3, 2015

PERUBAHAN MAKNA



Makna sebuah kata secara sinkronis data berubah menyiratkan pula pegertian bahwa tidak setiap tata maknanya harus atau berubah secara diakronis. Makna kata dapat pula berbah berdasarkan sebab, berikut ini beberapa sebab perubahan wujud atau macam.

A.      Perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa indonesia
Perbuhan tatanan bahasa yang di mulai atau di transisikan dari daerah lokal menjadi bahasa nasional, kita mengetahui bahasa Indonesia terdapat tiga kelompok, yaitu bahasa daerah, bahasa indonesia, dan bahasa asing. Perubahan makna dari bahasa daerah ke bahasa indonesia misalnya kata seni.
Seni dalam KBBI bermakna ganda yaitu
1                    keahlian membuat karya yang bermutu tinggi.
2                    karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa.
Namun bagi masyarakat Melayu kata seni dihubungkan dengan air seni yang berarti air kencing, dalam bahasa melayu mengalami perubahan makna, sebab dalam bahasa indonesia seni dihubungkan dengan seni musik, seni lukis, seni tari yang lebih kepada hasil karya yang bemutu tinggi.
Contoh lain adalah kata butuh, dalam masyarakat Palembang, kata butuh bermakna sebagai alat kelamin laki-laki. Namun dalam bahasa indonesia kata butuh berarti diperlukan. Begitu juga dengan kata tele, dalam masyarakat Gorontalo tele bermakna alat kelamin perempuan. Sedangkan dalam bahasa indonesia dikenal kata bertele-tele, yang bermakna berlama-lama. Dari contoh tersebut ada perubahan dari bahsa daerah ke bahasa indonesia. Makna dari bahasa daerah bermakna X, tetapi dalam bahasa indonesia bermakna Y. Dalam hal ini masyarakat indonesia tidak merasa geli ketika memakai kata itu sebab ia tidak mengetahui maksud asal.

B.  Perubahan makna akibat perubahan lingkungan
Lingkungan masyarakat sebagai pengaruh terbesar dari perubahan makna. Masyarakat  dapat menyebabkan perubahan makna. Bahasa yang digunakan dalam masyarakat tertentu belum tentu maknanya sama  dengan masyarakat yang lain. Misalnya kata cetak. Perhatikan contoh berikut :
1.      Buku itu dicetak di Rineka Cipta, Jakarta.
2.      Cetakan batu bata itu besar-besar
3.      Pemerintah menggiatkan pencetakan sawah baru bagi petani.
4.      Ali mencetak lima gol dalam pertandingan itu.
Leksem cetak pada contoh diatas memperlihatkan makna yang berbeda karena lingkungan yang berbeda. Dengan kata lain, makna berubah jika terjadi lingkungan pemakaian. Contoh lain yaitu kata sumber, salin, langganan, operasi, dll.

C.      Perbedaan tanggapan indra
Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan dimasyarakat, maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa yang “rendah”, kurang menyenangkan. Disamping itu ada juga yang menjadi memiliki nilai rasa yang “tinggi” atau mengenakan.Kata-kata yang nilainya rendah ini lazim disebut peyoratif, sedangkan yang nilainya naik menjadi tinggi disebut amelioratif.Misalnya kata bini dengan istri.Bini lebih dianggap peyoratif, sedangkan istri dianggap amelioratif. Begitu juga dengan kata bang dan bung, jamban dan kakus atau WC.
Pertukaran tanggapan indra pada perubahan makna ini yaitu pertukaran tanggapan antara indara yang satu dengan yang lain. Misalnya pada alat indra lidah kita dapat menangkap rasa pahit, manis, asin, pedas. Pada kulit kita bisa merasakan rasa dingin, panas, dan sejuk.begitu pula yang berkenaan dengan cahaya seperti gelap, terang, remang-remang akan ditangkap oleh indera penglihatan (mata). Dalam kasus ini sering terjadi pertukaran yang seharusnya ditanggap oleh indra perasa pada lidah, ditukar menjadi indra pendengaran. Contoh :
1.      kata-katanya pedas sekali.
2.      Suaranya sedap didengar
3.      Warnanya enak dipandang

D.      Perubahan makna akibat gabungan kata
Perubahan makna akibat gabungan leksem atau kata kita bisa ambil contohnya yaitu pada kata surat. Kata surat ternyata dapat digabungkan dengan kata yang lain dan tentu maknanya akan berubah. Kita mengenal dengan surat jalan, surat jual beli, surat kaleng, surat keterangan, surat perintah, surat sakit, dan surat permohonan.

E.       Perbedaan Bidang Pemakaian
Dalam setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosa kata tersndiri yang hanya dan digunakan  dengan makna tertentu dalam bidang tersebut.Contoh dalam bidang kesehatan ada kata – kata dokter , suster, perawat , apotik, obat, opnam diagnosa, infus, koma,penyakit, rumah sakit , pasien. Dalam bidang olah raga ada kata – kata alit, renang, berlari , melempar, senam lantai, erobik, fitnes, bulu tangkis, sepak  bola, Voli, basket, melompat ,

F.       Adanya Asosiasi
Kata – kata yan digunakan diluar bidangnya,seperti yang sudah dibicarakan diatas masih behubungan maknanan dengan makna yang diguakan dalam bidang asalnya. Ada perbedaan dengan perubahan aknayan terjadi sebagai akbat penggunaan dalam bidang  yang lain,disini makna baru yang muncul adalah bekaitan dengan hal/ peristiwa yang lain yan berkeaan dengan kata tersebut.Contoh asosiasi antara dompet dengan uang inidimaksud adalah isinya yaitu uang,Contoh lain ada pula asosiasi yang berkanaan dengan waktu, misalnya  perayaan 21 april maksudnya tentu perayaan hari kartini. Karena hari kartini jatuh pada tanggal 21 april. Dengan kata lain di sini yang disebut waktunya, namun yang di maksud ialah peristiwanya.
Ada pula perbedaan makna akibat asosiasi yang berkenaan dengan tempat, contoh ayo kita bertamasya ke curug ceheng. Maksud dari kata curug ceheng, adalah mengasosiasikan tempat yang ada di desa ceheng.
Jenis- jenisnya
a)            Makna konotatif
Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
b)           Makna stilistik
Makna stilistika ini berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat.
c)            Makna afektif
Makna afektif adalah makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau terhadap objek yang dibicarakan
d)           Makna refleksi
Makna refleksi adalah makna yang muncul oleh penutur pada saat merespon apa yang dia lihat.
e)            Makna kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimliki sebuah kata dari sejumlah kata-kata yang bersinonim, sehingga kata tersebut hanya cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya.

G.      Ambiguitas
Ketaksaan / ambiguitas adalah sebuah kata tertentu dipakai dalam dua makna, sementara makna ujaran secara keseluruhan tetap tak terpengaruh.
1.      Ketaksaan leksikal
Adalah Kegandaan makna karena ditimbulkan adanya butir-butir leksikal yang memiliki makna ganda baik karena penerapan pemakaian maupun hal-hal yang bersifat leksidental.
Contoh berdasarkan penerapan pemakaian:
a. Siang hari jalan Malioboro sangat ramai.
b. Corak kain yang dipakainya sangat ramai.
c. Pak guru memarahi siswa kelas V yang ramai dikelas.
Kata ramai pada contoh (a) berarti penuh dengan kendaraan.Sedang ramai pada contoh (b) berarti penuh dengan hiasan.Sedangkan ramai pada contoh (c) bermakna ribut atau gaduh.
Contoh berdasarkan Leksidental :
a.       Pertandingan semalam berakhir seri.
b.      Saya sudah menonto film itu sampai seri III.
Kata seri pada kalimat (a) bermakna imbang, sedangkan pada kalimat (b) bermakna sebagian atau jilid.
2.      Ketaksaan Gramatikal
Adalah kegandaan makna bentuk-bentuk kebahasan tidak semata-mata disebabkan oleh ketaksaan makna butir-butir leksikal yang menyusunnya, tetapi juga karena penggabungan bentuk kebahasaan itu dengan bentuk kebahsaan yang lain.
Ketaksaan Gramatikal dibagi menjadi
a.       Gramatikal berdasarkan ambiguitas
Ialah ketaksaan yang terbentuk karena proses lingual menurut sistem bahasa tertentu.
Contoh :
1.    Ini lukisan adik bukan milik saya.
2.    Lukisan adik yang berupa pemandangan ini sangat indah.
3.    Lukisan adik yang dipajang memakai kaca mata hitam.
Kata lukisan adik pada kalimat (1) bermakna lukisan milik adik, pada kalimat (2) bermakna lukisan yang dibuat oleh adik, sedangkan pada kalimat (3) bermakna lukisan yang ber objek adik.
b.      Gramatikal berdasarkan frasa
Contoh :
1.      Istri mentri yang tinggi itu berjalan menuju mimbar
Kata diatas dapat berarti yang tinggi adalah istrinya bahkan bisa berarti pula mentrinya yang tinggi.
c.       Gramatikal berdasarkan proses morfologi
Contoh :
1.      Kita butuh orang yang berpandangan luas!
2.      Ketika bertemu, mereka berpandangan.
Makna kata berpandangan pada kalimat (1) yaitu orang yang pintar atau cerdas.Sedangkan pada kalimat (2) bermakna saling menatap satu samalain.
d.      Gramatikal berdasarkan Idiom
Adalah kegandaan makna berdasarkan gabungan dua kata atau lebih yanag maknanya tidak dapat diidentifikasi atau ditafsirkan dari unsur-unsur yang membentuknya.
Contoh :
1.      Ia pergi ke kamar kecil untuk buang hajat.
2.      Paman mengontrak sebuah kamar kecil dijakarta.
Makna kata kamar kecil pada kalimat (1) berarti toilet, sedangkan pada kalimat (2) bermakna kamar yang ukurannya kecil.








Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta : Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta
Wijaya, Dewa Putu & Mohamad Rohadi. 2011.Semantik :Teori dan Analisis. Purwakarta: Yuma Pustaka.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta

No comments:

Post a Comment

JOGO TONGGO (GOTONG ROYONG SAK LAWASE)

Pada kesempatan kali ini kita akan sedikit membahas program Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam menangani Covid-19, yaitu p...